berita

Peringatan Dini Tsunami di Pacitan Menurut BMKG

Senin, 13 September 2021 | 11:26 WIB
Mensos Rismaharini dalam Simulasi Bencana di Pacitan (Foto Instagram Infobmkg)

Edisi.co.id - Berdasarkan informasi dari kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, meminta masyarakat di Pacitan, Jawa Timur, untuk waspada. Sebab, ada potensi terjadinya bencana tsunami setinggi 28 meter.

Menurutnya, data ini berdasarkan penelitian terbaru BMKG. Dwikorita Karnawati menambahkan, bencana gempa tsunami mengintai pesisir selatan Jawa akibat pergerakan lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia.

“Berdasarkan hasil penelitian, di Pantai Pacitan memiliki potensi tsunami setinggi 28 meter dengan estimasi waktu tiba sekitar 29 menit. Adapun tinggi genangan di darat berkisar sekitar 15-16 meter dengan potensi jarak genangan mencapai 4-6 kilometer dari bibir pantai,” kata Dwikorita dalam keterangannya, Minggu (12/9).

Baca Juga: Tips Mendidik Anak agar Menjadi Mandiri Mandiri

Kepala BMKG Dwikorita bersama Menteri Sosial Tri Rismaharini dan Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji sudah melakukan verifikasi zona bahaya dan menyusuri jalur evakuasi bencana yang tepat.

Dwikorita menyebut, dengan skenario tersebut, masyarakat di zona bahaya harus terus berlatih rutin melakukan evakuasi mandiri bila mendapat peringatan dini tsunami maksimal 5 menit setelah gempa terjadi.

Menurutnya, masyarakat di wilayah pesisir pantai harus segera mengungsi ke dataran yang lebih tinggi jika merasakan guncangan gempa besar.

Baca Juga: Hendak Menolong Malah Jadi Korban Hipnotis di Cikarang

“Untuk masyarakat yang berada di pantai, tidak perlu menunggu perintah, aba-aba, atau sirine, segera lari karena waktu yang dimiliki hanya sekitar 29 menit. Sedangkan jarak tempat yang aman yang lebih tinggi cukup jauh,” ucap Dwikorita.

Dwikorita mengatakan, bencana tsunami ini masih bersifat potensi. Artinya, bisa saja terjadi atau bahkan tidak terjadi. Meski begitu, masyarakat dan pemerintah daerah harus sudah siap dengan skenario ini.

“Jika masyarakat terlatih, maka tidak ada istilah gugup dan gagap saat bencana terjadi. Begitu gempa terjadi, baik masyarakat maupun pemerintah sudah tahu apa-apa saja yang harus dilakukan dalam waktu yang sangat terbatas tersebut,” tegas dia.

Baca Juga: Mulai Selasa, Penumpang KRL dan KA Lokal Cukup Tunjukan Bukti Vaksinasi sebagai Syarat Perjalanan

Lebih lanjut, BMKG telah memberi rekomendasi kepada pemerintah daerah untuk menyiapkan dan menambah jalur evakuasi lengkap disertai rambu-rambu di zona merah menuju zona hijau.

Dwikorita menuturkan, hingga saat ini belum tidak ada teknologi di dunia yang bisa memprediksi kapan terjadinya gempa dan tsunami secara tepat dan akurat. Seperti lengkap dengan perkiraan tanggal, jam, lokasi dan magnitudo gempa. Semua masih sebatas kajian berdasarkan sejarah gempa di wilayah tersebut.

Halaman:

Tags

Terkini

Takut Air Meluap Lagi, Outlet Situ 7 Muara Dibersihkan

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:30 WIB