Edisi.co.id, Padang - Di Hari Ulang Tahun ke-76 Propinsi Sumatera Barat yang jatuh pada 1 Oktober 2021. DPRD Sumbar mengundang Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif. Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah (1998-2005) diminta untuk menyampaikan pidato singkatnya.
“Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif menyampaikan terima kasih kepada pimpinan yang telah mengundangnya berbicara dalam Sidang Paripurna yang bersejarah dalam rangka Ulang Tahun ke-76 Propinsi Sumatera Barat,” kata Buya dikutip dari jibpost.id, Sabtu (2/10).
Dalam Sidang DPRD Sumbar itu Buya sebagai orang tua menyampaikan langsung saja kepada apa yang hendak disampaikan.
Baca Juga: Mantan Menag Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi Yakini Hima PERSIS Jadi Lokomotif Membangun Peradaban.
Dalam Sidang DPRD Sumbar itu Buya sebagai orang tua menyampaikan pidato singkatnya bahwa kelemahan kita sebagai bangsa sekarang defisitnya jumlah negarawan pada semua tingkat. Akibatnya, politik masih saja menjadi mata pencarian, bukan untuk membela penderitaan rakyat yang pendapatan per kepalanya makin menyusut dari waktu ke waktu.
“Diperparah lagi oleh dampak Covid-19, kantong-kantong kemiskinan semakin bertambah, termasuk di Sumatera Barat. Oleh sebab itu, sekarang matahari sudah sangat tinggi bagi para elite propinsi ini dari partai mana pun asalnya untuk berbenah diri dalam membangun daerah ini yang jauh ketinggalan dibandingkan daerah lain,” tutur Buya.
Lebih lanjut tokoh bangsa yang sering disapa publik Buya Syafii Maarif memaparakan petatah-petitih, jargon ABS-SBK-SM-AM yang masih menggantung di awan tinggi akan sia-sia belaka jika sebagian rakyat tetap bergumul dengan kemiskinan dan narkoba” jelas Buya.
Menurut Buya, seorang pemimpin sejati yang negarawan, bisa saja diusung oleh parpol tertentu, sekali terpilih, dia akan bersikap sebagai pemimpin rakyat secara keseluruhan, tidak hanya memperhatikan kepentingan parpol-parpol pengusungnya. Di tengah masifnya politik uang sejak era reformasi, seorang kepala daerah tertentu akan disandera oleh budaya busuk ini, sehingga program pembangunan menjadi terlantar. Ini berlaku hampir di semua daerah. Janji-janji saat pilkada akan menguap begitu saja karena rasa tanggung jawab moral rapuh sekali. Semakin banyaknya jumlah kepala daerah atau anggota DPR ditangkap KPK adalah indikasi telanjang tentang berapa busuk dan pengapnya kultur politik kita.
“Sumatera Barat dengan PAD yang sangat terbatas harus pandai-pandai memainkan kartu diplomasinya berhadapan dengan pemerintah pusat sebagai distributor dana pembangunan. Kekakuan dalam bersikap hanya punya punya satu risiko: daerah akan semakin terlantar dalam proses pembangunan yang sangat diperlukan rakyat kecil yang nafasnya masih terengah-engah di lingkungan orang kaya yang tidak peduli. Ungkapan ABS-SBK barulah punya makna manakala kantong-kantong kemiskinan bisa dibenahi secara sungguh-sungguh dan korban narkoba semakin berkurang. Tanpa parameter ini, kita hanya piawai dalam jargon-jargon kosong penuh kepalsuan” ungkap Buya Syafii.
Sebagian kekuatan Sumatera Barat, kata Buya, terletak pada terwujudnya kerjasama yang erat antara ranah dan rantau, sesuatu yang kurang dibina di masa yang lalu. Juga potensi para budayawan dan sastrawan, baik yang tinggal di ranah atau pun di rantau perlu secepatnya disapa dan diberdayakan.
Baca Juga: MUI: Di Level 1 Shaf Shalat Berjamaah Boleh Rapat, Tetapi Pakai Masker dan Jaga Protokol Kesehatan
“Percayalah mereka ini punya kecintaan yang tulus dan dalam terhadap tanah Minang, sekalipun sebagian mereka lahir di bumi Nusantara yang lain. Kelompok ini umumnya punya intuisi yang lebih tajam dibandingan dengan kebanyakan kita” kata Buya Syafii yang lahir di Sumpur Kudus, Sijunjung,Sumbar ini.
Terakhir Buya berpesan kepada para politisi di Sumatera Barat yang dikenal mahir dalam merangkai kata dan kiasan.