Edisi.co.id, Gorontalo - Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir memberikan tiga pesan kepada warga Muhammadiyah terlebih kader dan pimpinan untuk memahami hal-hal yang mendasar tentang Islam.
“Pesan pertama, Islam sebagai dasar dalam gerakan Muhammadiyah telah diletakkan sejak awal oleh KH. Ahmad Dahlan. Di mana Islam yang dianut oleh Muhammadiyah adalah Islam yang diwahyukan mulai dari Nabi Adam sampai Nabi Muhammad, Islam yang tidak lupa akan konteks masanya,” kata Haedar saat menyampaikan Tausyiah di acara Pengajian Songsong Milad Muhammadiyah ke-109 Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Gorontalo yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Gorontalo, Ahad (14/11/2021).
Ia menambahkan bahwa, kehadiran Islam memang tidak bisa dilepaskan dari konteks masanya. Itulah sebabnya, Nabi Muhammad disebut sebagai nabi penyempurna dan juga terdapat ajarannya yang merevisi ajaran dari nabi-nabi sebelumnya.
Baca Juga: Dari AICIS 2021: Menimbang Ajakan “Rekontekstualisasi” Fikih Islam ala Menag Yaqut
Pesan kedua, Islam yang dianut oleh Muhammadiyah adalah agama yang memberikan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Memahami itu, artinya warga persyarikatan sudah seyogyanya menjadikan Islam sebagai alasan untuk berbahagia, kemudian keberadaan mereka juga turut membahagiakan sekitarnya.
“Kita ini kaum muslim, dan mengajak juga umat manusia agar hidup di dunia itu bahagia. Bahagia yang dilandasi oleh nilai-nilai Islam,” terangnya.
Merujuk ke beberapa ayat dalam Al Qur’an, Haedar menyebut bahwa Agama Islam ini bukan hanya agama akhirat, melainkan juga agama yang mengurusi kehidupan manusia di dunia. Karena itu Haedar juga berpesan kepada mubaligh Muhammadiyah supaya menyampaikan konten dakwah yang seimbang, antara urusan dunia dan akhirat.
Baca Juga: Bahaya! Permendikbudristek Dikti Nomor 30 Tahun 2021: Pintu Masuk Seks Bebas Dan LGBT
“Orang Muhammadiyah, mubaligh Muhammadiyah, pimpinan Muhammadiyah harus meletakkan dunia dalam spektrum yang luas, di mana kita diwajibkan untuk menjadi khalifatu fil ardh,” ucap Haedar.
Akan tetapi, lanjut Haedar, beda Islam dengan yang lain dalam meraih dunia adalah pada konsep halalan thoyiban, dan secara bersamaan, umat Islam juga dilarang menjadi budak dunia. Ia mewanti-wanti supaya umat Islam tidak menjauhi dunia, sebab jika benar-benar dijauhi dikhawatirkan dunia akan dipimpin oleh orang dholim.
Dan terakhir pesan ketiga, di tengah umat yang kompleks, Haedar meminta kepada warga Muhammadiyah supaya tidak memahami Islam hanya melalui satu pandangan. Maka diperlukan metode pemahaman yang memakai pendekatan bayani, burhani, dan irfani. Metode pemahaman tersebut juga bisa digunakan dalam melihat realitas kehidupan.
Baca Juga: AILA Indonesia Keluarkan 8 Catatan Penting untuk Permendikbudristek No 30, Berikut Rinciannya
Melalui metode pemahaman tersebut, diharapkan umat Islam bisa menerapkannya pada konteks ilmu-ilmu umum. Sehingga ketertinggalan umat Islam dari umat atau kelompok lain dalam urusan dunia bisa dikejar, bahkan bisa dilampaui.
Sumber: muhammadiyah.or.id