berita

KEBRINGASAN, KEMAKMURAN DAN KEMISKINAN

Minggu, 6 Februari 2022 | 17:43 WIB

Oleh Dindin Machfudz,

Edisi.co.id - Jurnalis Senior/Penulis Terbaik Lomba Karya Tulis PTIK dan LIPI 1985 ttg Kamtibmas dan Kepolisian

BELAKANGAN ini kita dikejutkan oleh berita memilukan dan miris, yaitu tentang pengeroyokan sekelompok massa terhadap satu orang lanjut usia pengendara mobil hingga babak belur dan tewas beberapa saat kemudian. Pemilik dan pengendara mobil tersebut tiba-tiba saja diteriaki maling oleh seseorang provokator yang menyebabkan sejumlah orang segera mengejarnya dan dengan bringas lalu menghajar sang kakek berusia 86 tahun itu di samping merusak mobilnya. Tidak berapa lama hal serupa, yaitu pengeroyokan dengan bringas, menimpa seorang pengendara mobil sedan mewah. Gegara ribut dengan tukang parkir di parkiran sebuah restoran, lalu sang tukang parkir memanggil konconya dan kemudian dengan bringas rame-rame memukul serta menghancurkan kaca mobil dan bodi mobilnya hingga berantakkan.

Baca Juga: SD Pesantren Modern Primago ikut Perlombaan Pramuka online Tingkat SD se-JABODETABEK

Dari dua peristiwa "kebringasan" di atas kiranya mengindikasikan : Pertama, begitu mudahnya massa tersulut dan terpancing emosinya tanpa sikap hati-hati dan cek n ricek serta main "gebuk". Kedua, ada gejala atau fenomena kesamaan rasa benci dan muak terhadap sosok maling, begal, perampok. Ketiga, mudahnya main hakim sendiri yang boleh jadi disebabkan merosotnya kepuasan dan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja institusi penegak hukum. Keempat, dan ini yang paling mengkhawatirkan, adalah diam-diam tumbuhnya kesamaan rasa benci terhadap orang kaya atau makmur di jalanan.  

Pertanyaan kita, kenapa peristiwa kebringasan dan primitif yang berakibat hilangnya nyawa, harta benda dan kerugian lainnya tersebut kudu terjadi di bumi Pertiwi tercinta?!

Baca Juga: Rakerda di Bogor, Ketua Dewan Dawah Islamiyah Bekasi: DDII Berpotensi Strategis Satukan Kekuatan Umat

Terus terang penulis jadi teringat kepada pernyataan dosen Psikologi di Fikom Unpad yang cantik, Bu Arlina Gunarya pada awal tahun 1970-an silam. Beliau memaparkan ihwal terbentuknya kerumunan massa atau Crowd yang bercirikan : secara fisik berdekatan, anonim, tidak saling mengenal, identitas diri tidak diketahui, daya pertimbangan nalar atau akal merosot, cenderung melanggar norma sosial, norma moral, norma hukum, norma budaya, norma etika, bahkan mudah terpancing emosinya, mudah terprovokasi untuk bertindak liar, brutal, bringas, primitif jika ada komando di antara kerumunan tersebut. 

Pakar Psikologi Sosial, David O. Sears bilang, "Faktor pokoknya adalah anonimitas. Segala sesuatu yang membuat angota kelompok kurang dapat dikenali secara pribadi akan menyebabkan meningkatnya pengaruh itu (provokasi dan agitasi). Semakin anonim dan semakin kurang memiliki identitas pribadi, semakin tidak bertanggung jawab perilakunya." Lebih lanjut Sears mengemukakan, dalam suatu mob, kebanyakan orang memang tidak tampil sebagai individu (David O. Sears, dkk, Psikologi Sosial, 1992).

Tentu saja tidak semua kerumunan Crowd menghasilkan tindakan bringas, brutal, agresif. Hal ini tampak pada acara "ririungan" Reuni Akbar 212 dan Sholat Jumat Berjamaah tahun 2018 yang tertib, santun, disiplin, apik di kawasan Monas, Patung Kuda, Thamrin, depan Balaikota DKI, Gambir, Ridwan Rais yang diikuti oleh 7 - 10 juta Umat Islam dari berbagai pelosok negeri. Pada waktu itu tidak ada kebringasan dan kebrutalan tersebut, bahkan tanaman hias pun aman tak tersentuh atau rusak. Tidak ada pula sampah berserakan. Luar biasa. Aneh tapi nyata. Dunia luar pun kagum pisan. Buzzer dan sejumlah influencer yang mencari fulus dari tipu daya pun terheran-heran. Mereka pada "mlongo" habis.

 

Apakah tindak kriminalitas/kejahatan itu berkaitan erat dengan kondisi sosial-ekonomi (baca : kemakmuran) suatu bangsa atau negeri?! Data global setidaknya menunjukkan demikian. Setidaknya di negeri makmur seperti Qatar dan Uni Emirat Arab, de facto tindak kejahatannya sedikit bahkan nyaris nol. Dari data Sepuluh Negara yang tingkat kriminalitasnya rendah, umumnya adalah negara makmur dengan kondisi ekonominya baik. 

Berikut Sepuluh Negara yang Rendah Indeks Kriminalitasnya per 2021 adalah :

1. Qatar 12,13 poin

Halaman:

Terkini

Takut Air Meluap Lagi, Outlet Situ 7 Muara Dibersihkan

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:30 WIB