Edisi.co.id -Aceh sebagai serambi mekahnya Indonesia dikenal sebagai daerah yang kental dalam agama.
Keterpaduan ilmu agama dan ilmu pengetahuan tersebut mampu melahirkan beberapa tokoh pemikir bangsa dan Islam, salah satunya adalah Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, seorang ulama, ahli fikih, tafsir Al-Quran dan hadis.
"Jadi beliau itu, adalah mantan Dekan Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga yang juga pernah saya pimpin,” kata Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. K.H. Yudian Wahyudi MA. Phd saat menghadiri acara dialog kebangsaan "Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana dalam Perencanaan Pembangunan Nasional di Bidang Ilmu Pengetahuan Teknologi Berdasarkan Haluan Ideologi Pancasila" di kampus Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Selasa 8 November 2022.
Hasbi, kata Yudian, memiliki peran penting dalam mengenalkan “Fikih Indonesia” yang menekankan pentingnya pengambilan ketetapan fikih dari hasil ijtihad yang lebih sesuai dengan karakter bangsa Indonesia. “Tujuannya agar Fikih tidak diperlakukan sebagai barang asing sekaligus antik,” ujar dia.
Mantan rektor UIN tersebut mengatakan, Aceh sebagai tiang penyangga Republik Indonesia dan gerbang masuk Indonesia telah mampu menjaga itu dengan baik hingga detik ini.
"Perjuangan tersebut tidak boleh berhenti di situ, kehidupan terus berjalan dan peradaban manusia menjadi lebih dinamis yang mengharuskan masyarakat untuk beradaptasi dengan kondisi globalisasi yang cepat dan luwes."
Baca Juga: Karakteristik Kelinci, Hewan yang Menggemaskan
Dalam menyambut generasi emas 2045, kata Yudian, pemupukan dan internalisasi nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kesejahteraan, dan keadilan harus terus dirawat terutama oleh anak-anak muda khususnya para agen terpelajar yang duduk di bangku universitas.
"Pancasila mengajarkan kita untuk memiliki sifat yang statis sekaligus dinamis. Statis berarti kita harus tetap berpegang teguh kepada ideologi Pancasila. Sedangkan dinamis berarti kita dituntut untuk beradaptasi dengan budaya zaman,” tuturnya.
Menurutnya pemuda yang berkumpul dalam dialog kali ini merupakan calon pemimpin bangsa yang harus memiliki karakter reflektif dalam membaca sejarah.
Selain itu mereka juga dituntut untuk memiliki pandangan yang luas terhadap ilmu pengetahuan dan tradisi, sehingganantinya akan menjadi pemuda yang terpelajar dan moderat yang mampu menghargai budaya luar dengan tetap menjaga tradisi NKRI.
Rektor Universitas Syiah Kuala Prof. Dr. Ir. Marwan mengatakan, saat ini bangsa Indonesia sedang membangun sumber daya manusia yang unggul untuk menyongsong Indonesia emas di tahun 2045.
Menurutnya, tidak hanya dalam bidang keahlian namun juga dalam hal ideologi bangsa juga saat ini sedang dalam pemupukan terhadap generasi muda saat ini.
"Pancasila lahir dengan proses yang sangat Panjang, Pancasila merupakan kesepakatan kita Bersama dalam membangun karakter bangsa kedepan," kata dia.