BKKBN Jabar Ajak Babinsa Terjun Langsung Turunkan Angka Stunting

photo author
- Jumat, 23 Desember 2022 | 09:39 WIB
BKKBN Ajak Babinsa Terjun Langsung Turunkan Stunting
BKKBN Ajak Babinsa Terjun Langsung Turunkan Stunting

Edisi.co.id-Kepala Balai Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana (Diklat KKB) Bogor Handayani mengajak seluruh bintara pembina desa (Babinsa) di wilayah hukum Komando Resimen (Korem) 061/Suryakancana untuk terjun langsung dalam upaya percepatan penurunan stunting di daerah binaan masing-masing.

Dalam hal ini, para babinsa bisa terlibat aktif dalam Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) maupun mengembangkan inisiatif-inisiatif baru dalam upaya mempercepat penurunan stunting.

 “Babinsa sebagai tokoh sekaligus pembina masyarakat perlu memiliki pemahaman yang baik tentang pencegahan stunting. Apabila ada masyarakat bertanya tentang apa itu stunting, babinsa mampu menjelaskan dengan baik,” terang Handayani saat berbicara di hadapan ratusan babinsa dalam rangkaian Sosialisasi Percepatan Penurunan Stunting Melalui Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera (PPKS) di Makorem 061/Suryakancana, Kota Bogor, 21 Desember 2022.

Baca Juga: Sekolah Islam Al Iman Gelar Wisuda Tahfidz Angkatan V

Lebih dari sekadar menjelaskan, sambung Handayani, setiap babinsa hendaknya mampu terlibat aktif dalam mekanisme skrining deteksi stunting maupun pemantauan tumbuh kembang anak sesuai Kartu Menuju Sehat (KMS) dan Kartu Kembang Anak (KKA).

Babinsa juga harus mampu memahami secara utuh pencegahan stunting mulai dari calon pengantin, ibu hamil, hingga bayi berusia dua tahun.

“Wilayah hukum Korem 061/Suryakancana ini sangat strategis karena meliputi wilayah yang luas dan jumlah penduduk yang banyak.

Seperti kita ketahui, jumlah penduduk Kabupaten Bogor sebanyak 5 juta jiwa merupakan yang terbanyak di Jawa Barat, bahkan di Indonesia. Belum lagi Kabupaten Sukabumi yang memiliki bentangan wilayah sangat luas.

Tentu ini memerlukan kolaborasi semua pihak, khususnya TNI. Lebih khusus lagi para babinsa,” papar Ade, sapaan akrab Handayani.

Ade berpesan agar pada saat menyampaikan sosialisasi kepada masyarakat, para babinsa bisa menjelaskan secara utuh tentang konsep stunting.

Hal ini penting mengingat masih adanya pemahaman bahwa stunting sama dengan kerdil. Padahal, sambung dia, kerdil belum tentu stunting. Juga menyangkut faktor psikologis warga yang pada umumnya tidak mau disebut stunting.

Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak, akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang. Ini ditandai dengan panjang/tinggi badan berada di bawah standar yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan pemerintahan bidang kesehatan. Patokan kita ke sini, tidak melakukan generalisasi bahwa pendek itu stunting,” ungkap Ade.

“Masalah kurang gizi kronis yang disebabkan kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak, yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek dari standar usianya.

Dan, stunting pada anak dapat mempengaruhinya hingga dewasa. Dalam jangka pendek, stunting pada anak menyebabkan terganggu perkembangan otak, metabolisme tubuh, dan pertumbuhan fisik,” papar Ade.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rohmat Rospari

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Takut Air Meluap Lagi, Outlet Situ 7 Muara Dibersihkan

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:30 WIB
X