Aku dan New Normal Life

photo author
- Jumat, 29 Mei 2020 | 17:44 WIB
IMG-20200529-WA0193
IMG-20200529-WA0193

 

Oleh: Dean Al-Gamereau
(Editor Konten Dakwah Covid- 19 MUI Kabupaten Lebak)

Edisi.co.id - Benarkah kini manusia sampai di “pintu gerbang” perubahan sosial karena ada aku, bahkan nanti setelah aku tak ada? Aku baru tahu, ternyata sudah lahir teori baru, New Normal Life, alias Hidup Normal Format Baru selama belum ditemukan vaksin yang melumpuhkan aku.

Hebat? Mungkin aku jadi bintang di langit zaman perubahan sosial? Atau, pengaruh aku lebih hebat dari Revolusi Prancis yang setidak-tidaknya berdampak pada perilaku perubahan sosial di Eropa? Atau pula, inikah sebetulnya “mukadimah” Perang Dunia III, perang dua negara besar, dan aku sebagai pemacu dan pemicunya?

Tetapi, satu hal yang aku yakini benar, dan akan diakui sosiolog, yang tentu saja tak usah setingkat Emile Durkheim. Setidak-tidaknya, istilah social distancing (jaga jarak pergaulan sosial) dan singkatan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), telak menyebut sosial, menyangkut perubaan sosial, dan itu menyangkut sosiologi, dan itu mungkin pula menyangkut teori sosial postmodern seperti pemahaman George Ritzer.

​Sudahlah, mungkin aku terlalu jauh berujar, dan ”ngawur”. Tetapi, inilah realitas hidup sekarang, dan kau akan memasuki zaman baru, setelah kau memasuki “pintu gerbang” perubahan sosial, dengan “lokomotif” teori New Normal Life itu.

Sebetulnya, menurut aku, zaman baru itu bagus, teori baru itu membawa berkah : kau akan lebih terjaga, kau akan lebih menghargai kesehatan individu dan komunitas (kalau kau manusia modern yang mau memahami dan mengamalkannya). Kau harus percaya! Ini kata pakar, Dicky Budiman, seorang epidemilog dari Griffith University (Australia). ​

Kau jadi selalu memakai masker ke mana pun, terbiasa adanya pemeriksaan suhu badan di banyak tempat (sekolah, mall, kantor, dll.) membatasi jumlah kerumunan, mengurangi nongkrong di pinggir jalan atau di mana saja, perjalanan dinas pribadi dibatasi, anak-anak yang sedang flu dilarang masuk sekolah, demikian juga pegawai yang sedang flu dilarang masuk kantor, terbiasa cuci tangan (cuci tangan dalam arti yang sebenar-benarnya), dan lain-lain.

Kata Dicky pula, “Semua itu bagian dari strategi yang harus diterapkan sebelum ditemukannya vaksin atau obat untuk virus Corona”. Kalau semua itu diterapkan, maka format komunikasi dan pola kehidupan sehari-hari akan berubah. “New Normal Life ini”, kata Dicky lagi, “Harus diedukasi kepada masyarakat agar terbiasa dengan situasi yang baru ini. Siapa pun bisa memberi contoh, dan itu edukasi dengan dengan perbuatan nyata”.

Bentuk nyata New Normal Life, barangakali, datang dari Benua Afrika. Kabarnya, penggunaan masker jadi trend, jadi bagian gaya hidup sehari-hari. Pemakainya tak lagi terlihat seperti tegang atau seperti orang yang sedang tertekan. Pakai masker jadi model penuh gaya.

Perancang busana asal Nigeria, Sefiya Diejomah, mengungkapkan, sebagaimana sumber kantor berita Reuter, dan dikutip indozone, “Ketika kamu keluar dengan masker penuh gaya atau dengan aksesoris seperti ini, sepertinya kita tidak sedang berperang. Tampaknya lebih menyenangkan”.

Kalau begitu, maka perempuan-perempuan yang biasa menyembunyikan kecantikannya di balik niqab (penutup wajah), tentu, jadi perintis gaya hidup masa kini dengan “masker” niqab-nya itu.

Akhirnya, kata orang, everything is changing. A new system is coming. Duh,…akan lebih asyik kalau berputar ke belakang dengan membaca buku Change! Rheinald Kasali, Ph.D. Kata Political Scientist, Prof. Dr. Chusnul Mar’iyah, New Normal itu hidup bersih, balik kembali ke pelajaran Bab Thaharah. Religius banget.. Asyik! ?

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Takut Air Meluap Lagi, Outlet Situ 7 Muara Dibersihkan

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:30 WIB
X