Pendidikan Total, Bukan Sekadar Melahirkan Pemikir dan Penghayat

photo author
- Minggu, 21 Juni 2020 | 08:06 WIB
IMG-20200621-WA0082
IMG-20200621-WA0082

 

Oleh: Sabda Mustafa (Saprudin Abdul Hakim)

Edisi.co.id - Islam adalah agama yang menempatkan pendidikan dalam posisi yang sangat vital. Bukan suatu kebetulan jika lima ayat pertama, dalam surat al-‘Alaq, dimulai dengan perintah membaca, _iqra`._ Di samping itu, pesan-pesan al-Qur’an dalam hubungannya dengan pendidikan pun dapat dijumpai dalam pelbagai ayat dan surat dengan aneka ungkapan, pernyataan, pertanyaan, dan kisah. Lebih khusus lagi, kata _‘ilm_ dan derivasinya digunakan paling dominan dalam al-Qur’an untuk menunjukkan perhatian Islam yang luar biasa terhadap pendidikan.

Demikian hanya dengan Hadis, sebagai sumber kedua setelah al-Qur’an, banyak hadis yang secara eksplisit menjelaskan mengenai kewajiban dan keharusan manusia untuk belajar dan mencari ilmu bahkan ke negeri jauh sekalipun (Rahim, 2002: 422-423; al-Abrasyi, 1996: 33-34).

Dalam Islam – sebagaimana bisa disimpulkan dari al-Qur’an – adalah _tarbiyah_ yang secara etimologi berarti “penumbuhan” dan “peningkatan” (Madjid, 2000: 83). Nurcholish Madjid memandang bahwa tarbiyah atau _ta`dib_ yang merepresentasikan makna yang dikandung oleh pendidikan dalam Islam bukan soal yang penting.

Baginya yang penting adalah bagaimana pendidikan Islam bisa menumbuhkan manusia secara total. Penumbuhan dan peningkatan manusia secara total yang dimaksud meliputi keseluruhan aspek-aspek individualitas manusia secara fisik maupun nonfisik, jasmani maupun rohani, intelektual, maupun spiritual. Dengan sederhana, Nurcholis Madjid, menegaskan pendidikan Islam adalah pendidikan untuk pertumbuhan total manusia (Madjid dalam Malik Fadjar, 1999: 3).

Berkaitan dengan makna _tarbiyah_, Mustofa al-Maraghi membagi aktivitas tarbiyah pada dua dimensi, yaitu, pertama, dimensi pengembangan _al-tarbiyyah khalqiyyah_, yaitu pengarahan daya penciptaan, pembinaan, dan pengembangan aspek jasmaniah peserta didik agar dapat dijadikan sebagai sarana bagi pengembangan kejiwaannya. Kedua, pengembangan dimensi _al-tarbiyah diniyah tahdzibiyah,_ yaitu pembinaan jiwa peserta didik agar mampu berkembang ke arah kesempurnaan berdasarkan nilai-nilai ilahiah.

Karena itu, makna _tarbiyah_ yang menunjukkan makna pendidikan dalam Islam mencakup upaya mempersiapkan peserta didik bagi kehidupan yang lebih sempurna, mencapai kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat, cinta tanah air, kekuatan fisik, kesempurnaan etik, sistematik dalam berpikir, memiliki ketajaman intuisi, giat dalam berkreasi, memiliki toleransi sosial, kompeten dalam mengungkap bahasa tulis dan lisan, serta memiliki keterampilan yang menunjang pelaksanaan tugas dan fungsinya di muka bumi, baik secara individual-horizontal maupun individual-vertikal (al-Abrasyi: 7-14).
Totalitas yang diemban oleh pendidikan seperti itu berangkat dari pengertian Islam sendiri.

Islam meliputi keseluruhan tingkah laku manusia dalam hidup ini, yang tingkah laku itu membentuk keutuhan manusia berbudi luhur atas dasar percaya dan tanggung jawab pribadi di Hari Kemudian. Karena Islam seperti itu, maka pendidikan Islam tidak terbatas pada aspek kognitif semata, melainkan bagaimana anak didik bisa melaksanakan dengan baik dan berimplikasi dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam konteks pengajaran agama, misalnya, pendidikan Islam tidak hanya mengajarkan bagaimana ritus-ritus paham sehingga paham dan memahami, tetapi bagaimana agar ritus-ritus tersebut bisa dilaksanakan dengan baik dan memiliki efek sosial. Melalui pendidikan Islam, tidak cukup anak didik itu mengerti shalat, tetapi dapat melaksanakannya dan berakibat sosial seperti mengisihi fakir miskin dan anak yatim agar tidak termasuk kategori mendustakan agama sebagaimana ditegaskan dalam Surat al-Mau’un ayat 1-17.

Namun demikian, secara faktual, bahwa pendidikan Islam, sebagaimana pendidikan pada umumnya, masih berorientasi pada kognitif. Aspek kognitif yang diajarkan oleh pendidikan Islam selama ini pun terbatas pada aspek-aspek fikih. Sementara aspek filsafat, tasawuf, tafsir dan disiplin ilmu lainnya diabaikan terlebih lagi disiplin sains dan teknologi. Jika pun telah diajarkan aspek-aspek selain fikih di perguruan tinggi, belum menyentuh baru menyentuh teoritis belum menyampaikan anak didik sebagai Pengamal, baru sampai kepada Pemikir atau Penghayat. Padahal, totalitas pendidikan dimaksudkan untuk menampilkan pendididikan Islam yang komprehensif dan universal agar melahirkan individu-individu berkualitas sebagaimana yang diharapkan dalam mendukung terciptanya masyarakat madani.

Pemerhati Pendidikan, Penulis, dan Editor, Owner Penerbit CV. Oman Publishing & CV. Mazaya

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Takut Air Meluap Lagi, Outlet Situ 7 Muara Dibersihkan

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:30 WIB
X