Hari Anak Nasional, Mengingatkan Para Ayah

photo author
- Kamis, 23 Juli 2020 | 12:10 WIB
IMG-20200723-WA0177
IMG-20200723-WA0177

 

Edisi.co.id - Bandung - Tanggal 23 Juli ditetapkan oleh pemerintah sebagai Hari Anak Nasional. Hal ini bukanlah hanya untuk mengingat tanggalnya saja, tapi juga mengingatkan kita semua, bahwa keberhasilan seorang anak sangat tergantung pada peran orang tua, guru, dan orang-orang yang ada di sekitarnya.

Orangtua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga.

Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh, dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat.

Jelaslah, bahwa untuk membentuk karakter anak diperlukan peran semua pihak termasuk ayah yang juga punya peran yang cukup besar.

Seorang pakar Islamic Parenting dan Konselor Pernikahan, ustadz Bendi Jaisyurrahman mengatakan dalam kajiannya, bagaimana pentingnya peran seorang ayah bagi anak.

Bahkan menurutnya, awal sebuah bencana berawal dari ketidakmampuan seorang ayah menjadi figur bagi anaknya.

Indonesia saat ini disebut sebagai Fatherless Country, banyak anak yang berayah namun serasa yatim karena kurangnya ikatan antara ayah dengan anak. Sehingga terjadi kerusakan psikologis yang diderita anak-anak karena kehilangan sosok ayah.

Anak yang dekat dengan ayahnya cenderung menjadi pribadi yang percaya diri dan mudah beradaptasi dengan lingkungan luar. Karena bagi anak-anak, ayah adalah sosok misterius karena jarang pulang. Namun ketika seorang ayah bisa menjalankan perannya, maka anak akan menyimpulkan bahwa dunia luar aman baginya.

Stimulus pagi hari, hasil penelitian anak akan termotivasi menjadi sosok orang yang membangunkan dia di pagi hari. Anak yang dibangunkan oleh ayah akan lebih sukses daripada yang dibangunkan oleh ibu. Karena di mindset anak ayah adalah sosok penuh challenge sementara ibu lebih kepada urusan domestik dalam rumah.

Efek dari Father Hunger:
1. Kurang dapat beradaptasi dengan lingkungan luar. Sekolah nempel terus ke ibunya minta ditungguin.
2. Minder.
3. Gay/melenceng orientasi seksual. Hasil riset mengatakan bahwa 100% gay adalah karena kehilangan sosok ayah.
4. Kesulitan dalam belajar.
5. Perasa/susah mengambil keputusan. Hal ini karena kebanyakan diasuh ibu.

Pada anak perempuan, akan susah membuat kriteria pasangan. Bagi anak perempuan yang dekat dengan ayahnya, dia akan dengan mudah menentukan kriteria pasangan hidupnya. Pasangan hidup seperti apa yang dia cari? Yang seperti ayah saya. Karena seharusnya seorang ayah adalah first love bagi anak perempuan nya.

Ayo para Ayah!!!....
Lakukan yang terbaik untuk mereka.

 

Imas Karyamah Bunda Syahdan 

Wakil Ketua IV STAI Persis Bandung

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Takut Air Meluap Lagi, Outlet Situ 7 Muara Dibersihkan

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:30 WIB
X