Ketua DPD RI LaNyalla: Koperasi adalah Jawaban untuk Hadapi Era Robotisasi

photo author
- Jumat, 4 September 2020 | 07:41 WIB
SAVE_20200831_113515
SAVE_20200831_113515

 

Edisi.co.id - Hadirnya era Robotisasi merupakan ancaman menakutkan bagi tenaga kerja industri di dunia. Apalagi, dipadu dengan kecanggihan Artificial Intelligent (AI). Era robotisasi AI disebut-sebut akan menggantikan manusia ini, diprediksi 20 tahun ke depan, bahkan bisa jadi lebih cepat

Prediksi tersebut disampaikan Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti saat menjadi pembicara di depan kelompok koperasi dan petani sawit binaan PT Perkebunan Nusantara V di Pekanbaru, Riau. Selasa (02/09), di kantor pusat PTPN V Riau, diikuti oleh seluruh perwakilan petani sawit Provinsi Riau.

Disebutkan LaNyalla, di era robotisasi AI itu, banyak industri besar terpaksa memilih melakukan reinvestasi untuk membeli robot AI. Jika tidak, perusahaan tersebut akan kalah bersaing dengan perusahaan lain pengguna robotisasi.

“Kenapa akan kalah bersaing? Karena robot AI tidak perlu digaji. Tidak ada uang lembur. Tidak perlu ganti shift. Tidak ada izin sakit. Apalagi cuti hamil. Dan tidak perlu libur lebaran untuk pulang kampung. Sekarang sudah mulai terjadi dalam skala yang paling sederhana. Kita bisa lihat para petugas gardu jalan tol, yang dulu ada, sekarang tidak perlu lagi,” paparnya.

Contohnya, sambung LaNyalla, di perkebunan kepala sawit. Saat Ia meninjau kebun Distrik Timur PTPN V, nampak drone dioperasikan melakukan pengecekan perkebunan dan pertumbuhan tanaman.

“Dulu dikerjakan banyak manusia untuk kebun seluas itu. Sekarang cukup satu operator drone,” tandasnya.

Tak heran, jika akan muncul robot AI dengan kemampuan memanen secara lamgsung buah sawit hingga menempatkan buah sawit ke conveyer belt lalu bergerak keluar kebun menuju quary.

“Meskipun ini hanya contoh saja, tapi ini keniscayaan, dan bisa terjadi,” ujar mantan ketua umum Kadin Jawa Timur itu.

Pergerakan dan percepatan era robot AI ini, juga akan menghantam pabrik-pabrik besar dengan jumlah buruh banyak. Antara lain, pabrik rokok. Pabrik pengolahan dan manufaktur atau industri lainnya.

“Bayangkan, jika pabrik seperti Maspion Group, yang mempekerjakan puluhan ribu buruh, terpaksa menggunakan robot AI. Kemana puluhan ribu buruh tersebut? Bagaimana nasibnya? Di sinilah kita harus berpikir. Harus dari sekarang siapkan skema menghadapi era tersebut. Pandangan saya, koperasi adalah jawaban. Saya percaya, para pendiri bangsa ini, khususnya Bapak Koperasi kita, Moh. Hatta, berpikir sangat jernih dan tajam ke depan,” pungkas LaNyalla.

Koperasi harus dimaknai sebagai cara, sarana, serta alat untuk berhimpun demi tujuan bersama dalam pengadaan alat industri atau sarana produksi sehingga menjadi mesin uang bagi anggotanya.

Sangat disayangkan LaNyalla, Malah hanya menjadi koperasi simpan pinjam atau KUD yang nasibnya begitu-begitu saja,. Jadi, harusnya para anggota koperasi, memiliki kedudukan sama dengan para pemegang saham.

“Saya akan beri ilustrasi, hanya sebagai contoh saja. Kita ambil contoh Maspion Group dengan puluhan ribu buruhnya. Ini hanya contoh saja, memiliki master plan bisnis berinvestasi dengan membeli robot AI, 10 tahun ke depan dari sekarang, di tahun 2030. Robot itu, bisa menggantikan peran 10 ribu buruh. Nilai investasi untuk mendatangkan robot AI itu misalnya Rp. 2 triliun. Nah, yang harus dilakukan, dan ini harus didorong oleh pemerintah, adalah pemilik Maspion Group menyampaikan master plan tersebut kepada 10 ribu buruh itu mulai dari sekarang. Pilihannya, apakah para buruh itu akan membentuk koperasi dan menyisihkan sekian persen dari gajinya untuk dikumpulkan selama 10 tahun ke depan, untuk ikut serta membeli robot AI itu. Coba dihitung. 10 ribu buruh masing-masing menyisihkan gajinya setiap bulan Rp. 500 ribu. Artinya setiap bulan terkumpul uang di koperasi itu Rp. 5 milyar. Kalikan selama 12 bulan dalam setahun. Rp.5 miliar kali 12 terkumpul Rp. 60 milyar. Kalikan selama 10 tahun. Artinya Rp. 60 miliar dikali 10, terkumpul Rp. 600 miliar. Apalagi jika uang tersebut dikonversi dalam logam mulia. Nilainya akan mengikuti standar dunia. Tidak terlalu tergerus di tahun ke-10.

“Tentu uang yang terkumpul dari koperasi sebesar Rp. 600 miliar itu bisa digunakan untuk ikut membiayai sebagian, sekitar 1/3 dari kebutuhan investasi itu. Maka artinya, para buruh itu di tahun ke-10, adalah para pemegang saham dari sebagian robot AI tersebut. Sehingga mereka setiap bulan tetap mendapat pembagian hasil dari kinerja sebagian robot AI itu,” jelasnya.

Meskipun para buruh itu sudah di-PHK dan tidak lagi bekerja di pabrik tersebut. Namun tak dipungkiri, tawaran konsep koperasi masa depan umat manusia di era Robot AI menjadi alternatif lantai bursa milik rakyat, memproteksi dan melindungi rakyat. Semoga. (rmol/bud)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Takut Air Meluap Lagi, Outlet Situ 7 Muara Dibersihkan

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:30 WIB
X