Anwar Abbas: Menag Kalau Bicara Ujung-Ujungnya Radikalisme dan yang Kena Ujung-Ujungnya Umat Islam

photo author
- Jumat, 4 September 2020 | 13:45 WIB
SAVE_20200401_095345
SAVE_20200401_095345

 

Edisi.co.id - Anwar Abbas pengamat masalah ekonomi, sosial dan keagamaan mengatakan, menteri agama kalau berbicara ujung-ujungnya radikalisme. Dan yang kena ujung-ujungnya umat Islam. Kita memang tidak setuju dengan radikalisme karena ujung-ujungnya tidak mengenakkan bagi banyak pihak terutama pihak tertentu. Tetapi mestinya menteri agama juga mempersoalkan kenapa muncul radikalisme ? kalau menurut menteri agama tentu karena kurikulum dan buku-buku ajar yang ada memuat hal tersebut, atau karena banyak dai yang berfikiran demikian.

"Oleh karena itu solusinya bagi beliau ganti atau sempurnakan bukunya serta jangan lagi menghadirkan dai2 dan penceramah yang bicaranya suka mengkritik rezim. Apa yang dikritik oleh dai dan penceramah tersebut ? Yaitu adanya Ketidak adilan dan diskriminasi serta tidak tegaknya hukum di negeri ini," ujar Anwar dalam keterangan tertulisnya, Jum'at (4/9/2020).

Ditambahkan Anwar, hukum di negeri ini tajam ke bawah tumpul ke atas. Juga banyak UU dan kebijakan yang dijadikan dasar oleh para pejabat untuk mencari rente dan berkolusi dengan para pemilik kapital untuk meraup keuntungan bagi dirinya dan kelompoknya sehingga kita lihat banyak sekali rakyat yang menjerit kesakitan karena perlakuan pihak aparat yang melakukan KDKM atau kekerasan dalam kehidupan masyarakat. Kalau ada yang melakukan KDRT atau kekerasan dalam rumah tangga apakah itu suami atau isteri maka mereka bisa ditangkap. Itu jelas bagus.

"Tapi kalau ada pejabat dan atau aparat serta pengusaha atau pemilik kapital yang melakukan kekerasan dalam kehidupan masyarakat apakah bentuknya berupa lisan atau fisik siapa yang menindak ? nyaris tidak ada yang menindak bahkan kita melihat orang yang telah melakukan tindak kekerasan tersebut tetap saja bebas dan duduk dengan pongahnya di singgasananya masing-masing dengan wajah tanpa merasa berdosa. Lalu para dai berteriak membela hak-hak rakyat yang tertindas tersebut. Mereka dianggap dan dicap sebagai provokator dan radikal," Imbuhnya.

Benarkah ini ? Ungkap Anwar, Kalau dilihat secara luas dan jernih ya tidak benar. Oleh karena itu kalau kita bicara radikalisme jangan hanya diujung atau di muaranya saja tapi cari penyebabnya sampai kehulunya. Kita akan menemukan inti masalahnya yaitu adanya ketidak adilan diskriminasi dan lain-lain sifat tercela. Oleh karena itu kalau menteri agama mau memberantas radikalisme secara serius maka jangan hanya bicara di muaranya saja tapi menteri agama harus bicara secara komprehensif dan totalitas lalu membuat program untuk menghentikan segala bentuk ketidak adilan dan diskriminasi yang ada di negeri ini sampai ke akar-akarnya. Kalau akar dari radikalisme itu tidak bisa kita hilangkan maka radikalisme yang tidak kita sukai itu tetap akan muncul sehingga dia menjadi pekerjaan yang sia-sia yang menghabiskan waktu, dana dan tenaga karena dia menjadi pekerjaan yang tidak pernah usai. Dan kita jelas tidak mau itu.

"Oleh karena itu kita menghimbau menteri agama agar mulai berani bicara tidak hanya tentang radikalisme saja tapi juga bicara tentang penyebab2nya dimana sumbunya adalah karena banyaknya praktek-praktek ketidak adilan dan diskriminasi serta perbuatan tidak terpuji lainnya yang harus kita stop dan hentikan," jelasnya.

Ini perlu kita lakukan agar negeri ini bisa menjadi negeri yang maju adil dan makmur dimana rakyatnya hidup dengan aman tentram damai dan bahagia. Bukankah itu yang menjadi tujuan kita bersama dalam bernegara ? (Ihm)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Takut Air Meluap Lagi, Outlet Situ 7 Muara Dibersihkan

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:30 WIB
X