Cerita nyata seperti ini justru membuat pelanggan lebih percaya. Dengan begitu, CIO bukan hanya jadi pengelola IT, tapi juga sebagai pemimpin yang mengembangkan inovasi perusahaannya.
“Dengan menggunakan produk sendiri sebelum diluncurkan, CIO bisa memastikan kualitas sekaligus menekan risiko reputasi,” demikian menurut laporan Forbes.
Tak heran, banyak perusahaan sekarang melihat CIO sebagai bagian penting dalam menciptakan nilai bisnis. Mereka berada di posisi yang bisa menjembatani kebutuhan internal dengan tuntutan pasar.
Dari sisi efisiensi, strategi customer zero juga membantu perusahaan lebih hemat. Masukan dari tim internal membuat revisi bisa dilakukan lebih cepat dan tidak memakan biaya besar setelah produk rilis.
CIO pun punya kesempatan menunjukkan bahwa teknologi bukan sekadar biaya tambahan, tapi bisa jadi investasi yang menghasilkan keuntungan nyata.
Hal ini sejalan dengan tren global, di mana teknologi bukan lagi sekadar pendukung, tapi inti dari strategi bisnis. Setiap keputusan besar perusahaan hampir selalu melibatkan teknologi.
Dengan mengadopsi strategi customer zero, CIO bisa membuktikan diri sebagai penggerak utama. Mereka membantu melahirkan produk yang lebih baik, membangun kepercayaan pelanggan, dan mendukung pertumbuhan bisnis.***
Artikel Terkait
Perawatan Wajah Simpel di Rumah, Ini Tips Memilih Serum Eksfoliasi untuk Pemula dan Intip Rekomendasinya
Plus Minus Mobil Kecil Sebagai Pilihan Praktis untuk Mobilitas Sehari-hari
Menilik Survei Penggunaan AI untuk Liburan: 28 Persen Bantu Travel Planning dan 96 Persen Puas dengan Hasil Rekomendasinya
Kulit Berminyak Masih Bisa Pakai Compact Powder, Ini Tips Memilih dan Rekomendasinya!
Pakar Keuangan: Generasi Milenial Lebih Sadar Tabungan Darurat Sejak Krisis Ekonomi di 2008