Edisi.co.id - Perekonomian China pulih lebih cepat dibandingkan yang diperkirakan pada kuartal ketiga. Meski begitu, peraturan Covid-19, krisis properti yang semakin mendalam dan resiko resesi global akan menjadi tantangan bagi Beijing terus mendorong pemulihan pada tahun depan.
Produk Domestik Bruto (PDB) perekonomian terbesar kedua di dunia itu naik 3,9 persen pada kuartal Juli sampai September year-on-year. Angka ini di atas perkiraan ekonom responden jajak pendapat Reuters yang sebesar 3,4 persen dan meningkat dari laju 0,4 persen pada kuartal kedua.
Data itu rencana awalnya dirilis pada 18 Oktober tapi tertunda karena Kongres Partai Komunis pekan lalu. Presiden Xi Jinping menegaskan masa jabatannya yang ketiga di kongres tersebut.
Baca Juga: Aset Kripto Potensial, CEO Indodax
Pertumbuhan ekonomi didukung sektor manufaktur yang datanya pada bulan September dirilis terpisah. Output industri China bulan lalu naik 6,3 persen dari tahun sebelumnya, melampaui perkiraan yang sebesar 4,5 persen dan 4,2 persen pada bulan Agustus.
saham China jatuh dan yuan melemah karena investor fokus pada anggota lembaga pemerintah yang baru yang penuh dengan loyalis Xi. Dikhawatirkan ia akan melipatkangandakan kebijakan berbasis ideologi yang dapat menekan pertumbuhan ekonomi.
Meskipun mulai pulih tapi perekonomian China masih menghadapi berbagai masalah baik di dalam maupun luar negeri. Kebijakan nol-Covid-19 dan krisis sektor properti diperburuk tekanan eksternal dengan krisis Ukraina dan perlambatan perekonomian global karena kenaikan suku bunga demi menahan agar inflasi tidak semakin parah.
Jajak pendapat Reuters memprediksi pertumbuhan China pada tahun 2022 akan melambat menjadi 3,2 persen. Jauh di bawah target pemerintah yang sekitar 5,5 persen. Jika terbukti maka performa ekonomi China tahun ini terburuk dalam setengah abad terakhir.
Artikel Terkait
Wisata Famoso Garden di Bandung
ekspor China ke Rusia semakin Melonjak
Aset Kripto Potensial, CEO Indodax