"Untuk pertandingan melawan Jepang nanti, para ekspatriat dari Korea yang tinggal di Indonesia akan ikut mendukung Indonesia dengan menyanyikan yel-yel melawan Jepang," tutur seorang warganet melalui akun @Bintang, pada Minggu, 27 Oktober 2024.
Kolom komentar cuitan itu pun ramai dipenuhi warganet yang menyebut adanya dendam sejarah masa lalu dari para warga Korea Selatan.
“Karena dendam juga sih, makanya dukung lawannya Jepang, bakal seru kayaknya,” ujar seorang warganet dengan akun @kimmy.
“Dendam terselubung pun dikerahkan, ayo bersatu para korban jajahan nippon (Jepang),” ungkap warganet melalui akun X @lunsadie.
Berkaca dari hal itu, mari mengintip perjalanan sejarah warga Korea Selatan yang tunduk dalam masa penjajahan Jepang:
Kemunduran Dinasti Joseon
Bangsa Korea masih sulit melupakan sejarah kelam dari penjajahan Jepang. Pada akhir abad ke-19, Semenanjung Korea di bawah Dinasti Joseon terancam dengan modernisasi Jepang pasca Restorasi Meiji tahun 1868.
Bersama negara barat, Jepang memulai industrialisasi besar-besaran dan sangat membutuhkan sumber daya alam untuk mendukung kebutuhan industrinya.
Dinasti Joseon yang telah berkuasa sekitar 500 tahun, mengalami kemunduran karena kebijakan isolasi dan masih mempertahankan status quo sebagai negara upeti di bawah Dinasti Qing Tiongkok.
Strategi Diplomasi Kapal Perang
Jepang menggunakan strategi yang disebut Big Stick Diplomacy (Diplomasi Kapal Perang) untuk memaksa Korea menjadi negara yang terbuka dan dapat dipengaruhi.
Mereka mengerahkan kapal perang Unyo untuk membuat Korea menandatangani Perjanjian Pulau Ganghwa pada tahun 1876.
Perjanjian ini memberi keuntungan besar kepada Jepang dengan memaksa Korea membuka tiga pelabuhan untuk Jepang.
Jepang Membasmi Oposisi
Pengaruh Jepang di Korea mulai menggerogoti pemerintahan Joseon dari dalam, terutama setelah kekalahan Tiongkok dalam Perang Sino-Jepang pertama (1894-1895).