Edisi.co.id - Chatra (payung bertingkat tiga) diusulkan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas untuk dipasang sebagai upaya penyempurnaan Candi Borobudur. Chatra Candi Borobudur ditemukan saat proses pemugaran yang dipimpin Van Erp tahun 1907-1911, yang diduga pernah terpasang megah di puncak stupa utama Candi Borobudur.
Usulan ini untuk mengoptimalkan Candi Borobudur sebagai bagian dari lima destinasi pariwisata super prioritas (DPSP) melalui pengembangan Kunjungan Wisata Religi Agama Buddha Indonesia dan Dunia.
Namun usulan ini ditolak para Arkeolog. Mereka menganggap pemasangan Chatra tidak memenuhi kriteria rekonstruksi arkeologi. Karenanya, Chatra itu pun akhirnya dilepas kembali.
Baca Juga: Bhabinkamtibmas Pulau Pramuka Sambangi Warga untuk Tingkatkan Keamanan Bersama
Menurut Dirjen Bimas Buddha Supriyadi, Agama Buddha memandang Chatra atau payung dalam perspektif filosofi spiritualitas yang sangat mendalam. “Sebagai bangunan bersejarah tentunya Candi Borobudur tidak hanya dimaknai dari sisi disiplin arkeologi semata, namun akan lebih sempurna jika Candi Borobudur sebagai situs peninggalan keagamaan juga dimaknai dari disiplin ilmu keagamaan yakni filosofi agama (Buddha),” ujarnya di Jakarta, Sabtu (29/7/2023).
Penggunaan kata Payung, kata Supriyadi, juga dapat ditemukan dalam Kitab Gandawyuha Sutra yang mengisahkan Sudhana yang berkelana demi belajar kepada lebih dari 50 orang guru untuk mengejar pencapaian Pencerahan Sempurna. Dalam kisah tersebut, Sudhana digambarkan sebagai seorang pemuda yang selalu memiliki sebuah payung yang melindunginya. Gambaran payung tersebut terukir dalam 332 keping relief di Candi Borobudur.
“Karena itulah menjadi sangat penting dalam memaknai Chatra tidak hanya dari disiplin arkeologi semata, namun juga dalam perspektif spiritualitas agama Buddha. Chatra atau payung memiliki makna filosofi sebagai objek persembahan surgawi dan sebagai sebagai pelindunga,” tegas Supriyadi.
Baca Juga: Patroli Malam Polsek Kepulauan Seribu Selatan Ciptakan Kondisi Aman dan Sambut Masukan Warga
Menurut Supriyadi, Chatra pernah terpasang ditempat yang paling mulia pada masanya, sehingga keputusan untuk memasang kembali Chatra Candi Borobudur merupakan upaya dalam menyempurnakan Candi Borobudur.
Sesuai arahan Menteri Agama, lanjut Supriyadi, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kemenag merumuskan konsep Kunjungan Wisata Religi Agama Buddha di Candi Borobudur dengan pendekatan nilai spiritual kebudayaan dengan memperhatikan kepentingan pelestarian candi sebagai world heritage (cagar budaya) sekaligus sebagai bangunan keagamaan yang suci.
“Melalui kunjungan wisata religi agama itu pula akan dapat dibangun perilaku saling mengapresiasi, menghormati, dan memperlakukan Candi Borobudur sebagai Living Spiritual Monumen dan sebagai sarana merit making. Dengan demikian dapat terbentuk sarana pelestarian, pemanfaatan, dan pengembangan Candi Borobudur yang lebih langgeng,” tandasnya. ***
Artikel Terkait
Jamaah Mzs Nurussyabaab Depok Hadiri Manasik Umroh Risna Tour And Travel
Zikri Dwi Darmawan, Sosok Camat Pancoran Mas Kota Depok yang Humble dan Bersahaja
RS Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang Gelar Layanan Kesehatan Gratis, Kenalkan Fasilitas Terlengkap
Relevansi Eksistensi PWI
Polres Kepulauan Seribu Amankan Keberangkatan Warga dan Wisatawan di Dermaga Marina Ancol