Edisi.co.id - Kelompok aktivis yang tergabung dalam Teater Sinar Lilin, Jumat sore (15/12) menggelar aksi teaterikal di halaman Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta (UNJ) di Rawamangun, Jakarta Timur.
Aksi teaterikal yang diberi judul “Jangan Ganggu Anakku” itu berkisah tentang pengusutan kasus korupsi yang melibatkan lingkaran terdekat kekuasaan, dan akhirnya memakan korban, yakni lembaga yang bertugas memberantas korupsi.
Mahasiswa Universitas Nasional (Unas) Hasnu Ibrahim yang menjadi narator aksi teaterikal ini mengatakan, kisah ini terjadi di suatu negeri, bukan di Konoha, bukan juga di Wakanda.
Penguasa di negeri, dalam aksi teaterikal disebut sebagai Bos Negara, awalnya ketika belum berkuasa digambarkan para pemujanya sebagai pria yang sederhana dan terlihat lugu.
“Kala itu penampilannya seperti rakyat jelata. Namun seiring dengan berjalannya waktu, sari pati kekuasaan memabukkan dan membuatnya ketagihan,” ujar Hasnu.
Baca Juga: KPAI Apresiasi Bhabinkamtibmas Jagakarsa di Kasus Panca Bunuh 4 Anaknya
Disambungnya, entah bisikan siapa dan dari mana, mulai muncul keinginan Bos Negara untuk berkuasa selama-lamanya. Segala cara dia gunakan untuk menumpuk kekuasaan. Dia mulai menempatkan orang-orang kepercayaan yang bisa dengan mudah disetirnya di berbagai posisi penting Negara.
“Tidak cukup sampai di situ, dia mulai mempersiapkan putra sulungnya untuk melanjutkan kekuasaan keluarga mereka,” kata sang narator lagi.
“Putra sulung ini dikarbit habis-habisan. Tak boleh diganggu. Siapapun yang menghalangi perjalanan sang putra sulung harus berhadapan dengan tentakel kekuasaan Bos Negara,” sambungnya.
Salah satu korban dari syahwat kekuasaan Bos Negara ini adalah Ketua Lembaga Anti Korupsi (LAK) yang digambarkan sebagai sosok yang lurus, yang bekerja mengikuti prosedur yang ada dan tidak mau main sepak bola gajah. “Dia harus berhadapan dengan tentakel kekuasaan Bos Negara, dan dibungkam,” kata Hasnu lagi.
Setelah itu adegan demi adegan pun dimulai.
Diawali dari seorang Aktivis yang gelisah setelah menemukan dugaan tindak pidana pencucian uang dan praktik nepotisme yang melibatkan orang-orang terdalam lingkaran kekuasaan termasuk anak-anak Bos Negara.
Setelah menyusun temuannya secermat mungkin, Aktivis yang diperankan oleh Ubedilah Badrun, seorang dosen dan aktivis pergerakan UNJ, mendatangi kantor LAK dan menyerhakan dokumen-dokumen penting itu kepada Ketua LAK.
Artikel Terkait
Seni Pertunjukan Gong Si Bolong Jadi Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2021
Satpol PP Depok Bubarkan Pertunjukan Seksi Dancer Komunitas Sepeda Motor di Terminal Jatijajar
Peduli Gempa Cianjur, PWI Depok Bersama Musisi Depok Gelar Pertunjukan Musik
Jung So Min Ngaku Deg-degan Menjelang Pertunjukan Drama Teater 'Shakespeare in Love'
Pertunjukan Video Mapping di Bundaran HI Diapresiasi Warga