● Bonus Demografi, iBangga & Kampung KB
Tema peringatan Harganas ke- 31 tahun ini adalah "Keluarga Berkualitas Menuju Indonesia Emas". Makna keluarga berkualitas menuju Indonesia Emas. Menurut dokter Hasto, adalah terciptanya SDM yang unggul dan mampu meraih bonus demografi.
“Bonus demografi kita maju, puncaknya di tahun 2020 meskipun beberapa provinsi mundur dan beberapa maju,” ujarnya.
Menurut dokter Hasto, bangsa ini pelan-pelan sudah meninggalkan puncak bonus demografi, dan tahun 2035 bangsa ini sudah harus menanggung beban para lansia yang jumlahnya tidak sedikit. Yang harus menanggung adalah generasi sandwich (sandwich generation). Dokter Hasto berharap mudah-mudahan bukan generasi strawberry yang lembek, tapi generasi yang kuat.
“Semoga dengan waktu 10-15 tahun kita bisa mentransformasikan bonus demografi menjadi bonus kesejahteraan dan kita bisa keluar dari 'middle income trap' (MIT),“ ujar dokter Hasto.
MIT adalah sebuah kondisi di mana negara-negara berpendapatan menengah sulit meningkatkan posisi mereka ke pendapatan tinggi.
Sisi lain yang harus menjadi perhatian, sesuai arahan Presiden Jokowi, adalah membangun bangsa dan negara harus dimulai dari keluarga.
Begitu juga Kampung Keluarga Berkualitas (KB) harus ada di seluruh Indonesia. Artinya, semua desa menjadi Kampung Keluarga Berkualitas. Ukuran kualitas keluarga ditentukan tiga hal yaitu tenteram, mandiri dan bahagia.
“Yang paling tercapai adalah kebahagiaan, angkanya 71,86. Ini menunjukan bahwa keluarga-keluarga di Indonesia meskipun belum punya kemandirian yang baik, alhamdulillah bahagia.”
“Sementara kemandirian angkanya paling rendah. Ketenteraman lumayan angkanya 59, namun kebahagiaan paling menonjol. Inilah bangsa kita yang penuh dengan gotong royong, nilai-nilai Pancasila membawa kita bahagia,” ucapnya.
Dokter Hasto menyebut provinsi dengan penduduk besar seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Sumatera Utara. Dari keempat Provinsi ini tertinggi nilai angka kebahagiaanya adalah Jawa Tengah 62,9.
Adapun kemandirian tertinggi adalah Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Riau. Ini menunjukkan bahwa keluarga-keluarga berkemakmuran dan berkesejahteraan berada di provinsi tersebut.
Oleh karena itu lanjutnya, dari keluarga yang berkualitas diharapkan akan melahirkan anak-anak cerdas dan terbebas dari stunting.
Stunting membawa dampak tidak cerdas dan pertumbuhan otaknya mengalami defisit sehingga kemampuan intelektual skillnya tidak optimal. "Kita boleh bersedih tapi tidak perlu minder ketika IQ kita masih di 78 dengan urutan ke 130," ujarnya.
Lanjutnya, "Hari Ini, kualitas SDM tidak cukup diukur dengan Human Development Index (HDI) tetapi dengan Human Capital Index (HCI) dan urutan HCI kita juga masih di bawah."
Artikel Terkait
Kuasa Hukum: Tuntutan JPU kepada Emirsyah Satar Melanggar HAM
Apresiasi Mitra, Bakrie Center Foundation Berikan Partnership Award Kepada Mitra Universitas dan Lembaga Sosial
Menutup Tahun Ajaran 2023/2024, Siswa SMP PCI Meriahkan Pentas Kreasi PCI EXPO Samen Fiesta 2024
Sepekan Pemulangan Jemaah Haji, Lebih 50% Penerbangan Garuda Indonesia Alami Keterlambatan
Amazing...Duo Srikandi Kabupaten Bandung Raih Penghargaan Prestisius Bangga Kencana Tahun 2024
Amanda Soemedi Hadiri Harganas Ke-31 Di Semarang