“Tetapi, sekarang sudah kalah jauh dengan Thailand. Bahkan, Indonesia meluncur jauh di bawah Vietnam,” ungkapnya.
Jika Prabowo hendak mendorong pengembangan komoditas pangan non padi, Bagio memberi sejumlah masukan.
Antara lain, pentingnya intervensi berupa subsidi pada aspek input atau output atau pada kedua aspek tersebut. Dengan demikian, petani terlindungi dari sisi input, atau output, atau kedua-duanya.
Sebab, kata Bagio, jika pemerintah tidak dilindungi pada aspek input, atau output, atau kedua-duanya, maka produk yang dikembangkan itu akan kalah bersaing.
“Supaya petani untung, industri pengolahannya, baik intermediete product atau produk akhir, semua untung. Mereka mendapatkan bahan baku berkualitas, terjangkau, dan kontinyu,” ujar pria kelahiran Kediri ini.
Pada aspek produksi, untuk pengembangan singkong, misalnya, pemerintah tidak perlu investasi bendungan atau irigasi sebesar untuk produksi beras.
“Maka penghematan pemerintah banyak. Di situlah negara hadir untuk melindungi petani-petani pangan lokal, seperti singkong,” pungkasnya.***
Artikel Terkait
Doa dan Harapan PERSIS untuk Praboowo - Gibran: Semoga Visi Misi yang Dicanangkan Ditepati dan Ditunaikan
Jadi BUMN dengan Setoran Dividen Terbesar ke Negara, BRI Raih Dua Penghargaan Dalam Ajang The Asian Post Awards 2024
PWI Pusat Gelar Pelatihan GRCE, Meningkatkan Tata Kelola dan Manajemen Risiko Organisasi
Presiden Prabowo saat mengumumkan Kabinet Merah Putih
Presiden Prabowo Dihadapan Presiden Negara Tetangga Yang Menghadiri Jamuan Makan Malam