KH. Bachtiar Nasir mengingatkan jamaah tentang bahaya lisan yang tidak terkendali. Beliau menyebutkan beberapa bahaya dari lisan yang tidak terkendali, antara lain: Pertama, Menyakiti Perasaan Orang Lain: Perkataan kasar atau tidak dipikirkan dengan baik dapat melukai hati orang lain. Allah memperingatkan dalam QS. Al-Isra [17]: 53 untuk mengucapkan perkataan yang lebih baik agar tidak timbul perselisihan.
Baca Juga: Komitmen Kemendikdasmen di NTT: Pendidikan Berkualitas untuk Semua
Kedua, Menghancurkan Reputasi dan Hubungan Sosial: Fitnah, gosip, atau umpatan dapat merusak hubungan sosial dan nama baik seseorang. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa ucapan yang salah dapat menjatuhkan seseorang ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat (HR. Muslim).
Ketiga, Mengundang Dosa: Lisan yang digunakan untuk berdusta, mengumpat, atau berbicara tanpa ilmu dapat menjadi penyebab dosa besar. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa banyak dosa manusia berasal dari lisannya (HR. Thabrani).
Keempat, Keselamatan Melalui Menjaga Lisan: Menjaga lisan dari ucapan buruk dan sia-sia adalah bentuk keselamatan. Sya’ir Arab menyebutkan bahwa keselamatan manusia terletak pada menjaga lisan.
KH. Bachtiar Nasir mengajak jamaah untuk menerapkan beberapa langkah praktis dalam menjaga lisan: Pertama, Berpikir Sebelum Berbicara: Setiap kata harus dipikirkan dampaknya. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa siapa yang menjaga lisannya akan dijamin surga (HR. Bukhari).
Kedua, Memilih Kata-Kata yang Baik: Allah mengibaratkan kalimat yang baik seperti pohon yang baik dalam QS. Ibrahim [14]: 24. Ketiga, Menghindari Perkataan yang Sia-Sia: Perkataan yang tidak bermanfaat hanya membuang waktu dan energi. Rasulullah ﷺ menyebutkan bahwa meninggalkan hal yang tidak bermanfaat adalah bagian dari kebaikan Islam (HR. Tirmidzi).
Keempat, Menggunakan Lisan untuk Kebaikan: Lisan dapat digunakan untuk berzikir, menyampaikan nasihat, atau menyebarkan ilmu. Allah berfirman dalam QS. An-Nahl [16]: 125 untuk menyeru kepada jalan Tuhan dengan hikmah dan pelajaran yang baik.
Dalam khutbah kedua, KH. Bachtiar Nasir mengajak para jamaah untuk merenungkan firman Allah dalam Al-Qur'an yang berbunyi, "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan berkatalah dengan perkataan yang benar." Beliau menekankan bahwa Allah menjanjikan perbaikan amal dan pengampunan dosa bagi mereka yang berkata benar.
KH. Bachtiar Nasir mengajak para jamaah untuk berjanji, setelah mendengar khutbah ini, untuk hanya berkata yang benar dan bermanfaat. Beliau menyatakan bahwa selama ini mungkin banyak yang sering mengejek atau berkata yang tidak berguna. Mulai hari ini, beliau mengajak untuk mengamalkan perintah Allah dengan hanya berkata yang benar dan bermanfaat, serta memberikan nasehat yang baik.
Beliau menjelaskan dampak positif dari berkata yang benar, yaitu Allah akan memperbaiki akhlak dan memilihkan perbuatan yang benar. Bagi mereka yang berjanji setelah salat Jumat untuk berkata yang benar, Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka dan membimbing amal mereka dengan amal yang benar. Hal ini termasuk dalam kategori "faqod faaza fauzan 'azhiman," yang berarti mereka telah menjadi pemenang dengan kemenangan yang besar.
KH. Bachtiar Nasir berharap seluruh jamaah dapat berjanji hari ini untuk hanya berkata yang benar, sehingga dosa-dosa mereka diampuni dan Allah membimbing amal mereka. Beliau menutup khutbah dengan doa agar Allah memberikan kekuatan kepada para jamaah untuk menjaga lisan mereka, karena menjaga lisan tidak hanya menjaga keharmonisan hubungan antar sesama manusia tetapi juga menunjukkan ketakwaan kepada Allah.
Demikianlah khutbah yang disampaikan KH. Bachtiar Nasir, dengan harapan dapat menjadi pedoman bagi umat Islam dalam menjaga lisan dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah. (MBS)
Artikel Terkait
Peringatan 15 Tahun AQL, UBN Umumkan AQL menjadi Perkumpulan
UAS, UBN dan Buya Yahya Kompak Serukan JATTI Bershalawat
UBN Seru Masyarakat Ikuti Indonesia Peace Convoy; Road to Freedom for Palestine
Hadiri Pemakaman Ismail Haniyeh, UBN Ungkap Calon Pengganti Petinggi Hamas
UBN Bertemu Zakir Naik di Malaysia, Apa yang Dibahas?
UBN Bertemu Habib Salim Segaf Al Jufri, Apa yang Dibahas