"Dalam konteks awam, emosi sering dideskripsikan dengan kemarahan saja, padahal sebenarnya emosi memiliki arti yang lebih luas dan mewakili banyak perasaan. Emosi juga diartikan sebagai reaksi seseorang terhadap suatu kejadian," kata Aisah.
Baca Juga: Demistifikasi Islam dan Peradaban Modern, Benarkah Umat Islam Kian Terpuruk?
Ia juga mengatakan bahwa emosi itu banyak levelnya, mulai dari yang terendah yaitu apatis hingga tertinggi yaitu pencerahan. Ini semua perlu diatur dan ketika meningkat levelnya, harus menyebut nama Allah di dalamnya agar berpahala, utamanya di bulan Ramadhan.
"Jadi ketika anak-anak ibu membangkang, misal main HP terus, itu bukan membangkang sebetulnya tapi mengajak dialog. Jadi jangan cepat marah," ujar Aisah.
Secara neurologis seorang manusia hakikatnya adalah gadget alam yang mentransmisikan sinyal ke lingkungan sekitarnya. Karenanya, doa, niat, dan prasangka seorang Ibu seperti sinyal yang sangat kuat yang bisa menembus semua sekat dan sampai ke langit.
Baca Juga: Wamenag Ajak Masyarakat Manfaatkan Cek Kesehatan Gratis
"Oleh karena itu untuk para ibu, senantiasalah memiliki prasangka yg baik terutama untuk keluarga (suami dan anak-anak). Luruskanlah niat dan banyak-banyaklah berdoa yang terbaik untuk keluarga," tutup Aisah.
Artikel Terkait
Literasi Keuangan Syariah di Muktamar ke-6 Salimah
Di Muktamar ke 6, Kementerian PPPA dan BMIWI Apresiasi Salimah Telah Berkontribusi dalam Pemberdayaan Perempuan Indonesia
Diamanahi Ketua Umum Salimah 2025-2030, Reny Anggrayni: Amanah yang Sejatinya Adalah Bukti Tugas Dan Tanggung Jawab
PC Salimah Bojonggede Gelar Tarhib Ramadan: Inilah Bulan Kebersamaan, Melatih Sabar dan Empati