“Tidak pernah surut,” tegasnya. Namun, sebagai kekuatan Islam tengahan juga harus melakukan otokritik dan reformulasi.
Hadir dalam pengajian tersebut, Salmah Orbayinah, Ketua Uum PP Aisyiyah; HM Sayuti, Sekretaris PP Muhammadiyah, Irwan Akib, Syamsul Anwar, Bambang Setiaji, dan Ahmad Dahlan Rais. Nazaruddin Malik, Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, Muchlas, Rektor Universitas Ahmad Dahlan, dan Achmad Nurmandi, Rektor UMY. Dan tentu saja, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir.
Dalam paparannya Haedar Nashir menggarisbawahi bahwa gerakkan Muhammadiyah berbeda dengan gerakan-gerakan Islam sebelumnya.
“Muhammadiyah tidak pernah bercita-cita mendirikan Islamic State, namun Muhammadiyah bercita-cita mewujudkan Islamic Society,” katanya.
Menurut Haedar, Muhammadaiyah itu wasathiyah dengan karakter berkemajuan. “Gerakan Islam yang modern. Harus bisa memberika alternatif. Karena pemikiran KH Ahmad Dahlan itu pemikiran yang melampaui zamannya,” uangkapnya
Artikel Terkait
Muhammadiyah Siapkan Ekosistem Makan Bergizi Gratis
Kemenag Bertemu LF PBNU dan Majelis Tarjih Muhammadiyah, Bahas Sinergi Program Keagamaan
Setuju dengan Wacana Libur Selama Ramadan, Muhammadiyah Punya Pertimbangan Begini
Maybank, Muhammadiyah dan LPPOM DKI Jakarta Kolaborasi Dukung UMKM Halal Indonesia