Edisi.co.id - Presiden Iran, Masoud Pezeshkian memastikan negaranya tidak berniat untuk memproduksi massal senjata nuklir, namun mengklaim pihaknya akan mempertahankan hak Iran dalam penggunaan nuklir untuk urusan perdamaian.
Hal itu disampaikan sang Presiden Iran setelah kesepakatan gencatan senjata dengan Israel pada Selasa, 24 Juni 2025. Sebuah kesepakatan yang sebelumnya dinilai telah mengakhiri perang 12 hari konflik Iran dengan Israel.
Dilansir dari Firstpost, setelah gencatan senjata tercapai, Pezeshkian berkomunikasi dengan Presiden Uni Emirat Arab, Mohammed bin Zayed pada Rabu, 25 Juni 2025.
Dalam sambungan telepon itu, Pezeshkian menegaskan kembali tujuan Iran dalam mengembangkan nuklir yang juga dikhawatirkan sebagian publik internasional sebagai senjata pemusnah massal.
Terlebih, tuduhan perihal Iran yang memproduksi massal senjata nuklir menjadi dalih yang dipakai Israel dan Amerika Serikat (AS) untuk mengklaim serangan mereka ke fasilitas militer Iran.
"Kami berharap Anda menjelaskan kepada mereka, dalam hubungan Anda dengan Amerika Serikat, bahwa Republik Islam Iran hanya ingin menegaskan hak-haknya yang sah," kata Pezeshkian saat menelepon Mohammed bin Zayed sebagaimana dikutip dari Times of Israel, pada Rabu, 25 Juni 2025.
"Kami tidak pernah berusaha memperoleh senjata nuklir dan tidak menginginkannya," tegas Pezeshkian.
Kendati demikian, Pezeshkian lalu menambahkan Iran siap merundingkan setiap masalah di meja perundingan internasional.***
Artikel Terkait
Danantara Gandeng RDIF Russia Luncurkan Platform Investasi dengan Modal Senilai Rp37,6 Triliun
Ingar Kasus Pencabulan di Lingkungan Ponpes, Cak Imin Janji Bakal Tindak Pesantren Sesat
Jalur Minyak Global di Selat Hormuz Terancam Ditutup, Menteri Bahlil Ngaku Siapkan Langkah Taktis dengan Pertamina
Mediapreneur Talks Promedia Bakal Meluncur ke Banten: Bahas Tuntas Tantangan Jurnalis di Era Digital
Ridwan Kamil Gugat Balik Lisa Mariana Senilai Rp105 Miliar Atas Dugaan Pencemaran Nama Baik