Praktik Global
Di Amerika Serikat, kata Roberth, pemerintah di sana mewajibkan pencampuran etanol melalui program Renewable Fuel Standard (RFS).
Disebutkan bahwa bensin diisi dengan E10 (10 persen etanol), bahkan tersedia E85 untuk kendaraan fleksibel.
Brasil juga disebut menjadi salah satu pelopor penggunaan etanol berbasis tebu, dengan campuran hingga 27 persen pada bensin.
Negara itu dikenal sebagai salah satu pasar kendaraan berbahan bakar etanol terbesar di dunia.
Sementara di Uni Eropa, kebijakan Renewable Energy Directive (RED II) mendorong penggunaan etanol dalam BBM.
Campuran E10 kini diklaim menjadi standar di banyak negara seperti Prancis, Jerman, dan Inggris, demi mengurangi polusi udara.
Di kawasan Asia, Roberth menyebut India menargetkan pencampuran etanol hingga 20 persen pada 2030 sebagai bagian dari strategi transportasi rendah karbon sekaligus mendukung petani tebu.
“Penggunaan etanol dalam BBM bukan hal baru, melainkan praktik yang sudah mapan secara global,” kata Roberth.
Komitmen Transisi Energi
Pertamina menegaskan pihaknya tetap berkomitmen mendukung kebijakan pemerintah dalam menurunkan emisi karbon sesuai target Net Zero Emission 2060.
“Kehadiran BBM dengan campuran etanol menjadi bukti nyata bahwa Indonesia siap mengikuti praktik terbaik internasional demi masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan,” pungkas Roberth.***
Artikel Terkait
Polisi Tangkap ‘Bjorka’, Sosok di Balik Akun Bjorkanesiaa yang Meresahkan Salah Satu Bank Swasta
Terkini soal Radiasi Cs-137 di Kawasan Industri Cikande: Pemerintah Tetapkan Zona Khusus hingga Pemeriksaan Medis 1.562 Orang
Membedah Syarat Baru Dapur MBG: Sertifikasi Kebersihan, Keamanan Pangan hingga Jaminan Halal
Di Balik Pembekuan Izin TikTok: Ketidakpatuhan Data hingga Komitmen Pemerintah Jaga Ruang Digital
Purbaya Diduga Salah Sebut Harga LPG 3 Kg di Depan DPR, Bahlil Balas dengan Bilang Begini