Rumah Sakit Umum Pusat Prof Ngoerah di Denpasar, diketahui kini mengambil tindakan tegas terhadap mahasiswa yang diduga melakukan perundungan.
Plt Direktur Utama RSUP Prof Ngoerah, I Wayan Sudana menuturkan para mahasiswa kedokteran Universitas Udayana yang diduga terlibat dalam aksi perundungan terhadap Timothy, dikeluarkan dari kegiatan belajar dalam program koas di rumah sakit.
“RS Ngoerah mengambil tindakan tegas untuk mengembalikan peserta didik tersebut ke Universitas Udayana untuk dilakukan pendalaman dan investigasi,” kata Sudana dalam keterangannya di Denpasar, Bali, pada Minggu, 19 Oktober 2025.
Sudana menegaskan, sikap tidak beretika para mahasiswa itu mencoreng nama institusi pendidikan dan rumah sakit.
“Kami tegaskan kembali bahwa mereka adalah peserta didik yang sedang belajar di RS Ngoerah. Bukan sebagai karyawan RS Ngoerah sehingga tidak bisa disebut mewakili RS Ngoerah,” tambahnya.
DPR Desak Pengaktifan Satgas Pencegahan Kekerasan
Sorotan juga datang dari Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian yang menilai kematian Timothy adalah peringatan keras bagi dunia pendidikan agar tidak lagi menutup mata terhadap kekerasan kampus.
Hetifah lantas meminta semua perguruan tinggi mengaktifkan Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan serta membuka kanal pelaporan yang aman bagi mahasiswa.
“Kami mendorong setiap perguruan tinggi mengaktifkan Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan serta membuka kanal pelaporan yang aman bagi mahasiswa. Jangan biarkan korban takut bicara,” ujar Hetifah dalam keterangan resminya, pada Minggu, 19 Oktober 2025.
Hetifah juga menegaskan pentingnya layanan konseling dan pendampingan psikologis di kampus agar mahasiswa dapat tumbuh dalam lingkungan yang aman dan berdaya.
Keluarga Timothy Lapor ke Polisi
Ayah korban, Lukas Triana Putra akhirnya memutuskan melapor ke Polresta Denpasar setelah mendapati banyak kejanggalan dalam informasi yang diterimanya, pada Sabtu, 18 Oktober 2025.
Lukas mengaku ingin memastikan kebenaran di balik kematian anaknya yang masih simpang siur.
“Ingin mencari kebenaran kronologi kematian karena yang selama ini kita terima itu berita masih simpang siur. Oleh sebab itu saya serahkan kepada pihak kepolisian,” kata Lukas kepada awak media di Polresta Denpasar, Bali, pada Sabtu, 18 Oktober 2025.
Lukas menuturkan, pihak kampus belum memberikan penjelasan yang pasti tentang peristiwa kematian putranya.
Artikel Terkait
IFG dan Bahana TCW Dorong Tata Kelola Investasi Asuransi Berbasis Risiko Lewat CFO Forum AAUI 2025
Kemelut Kereta Cepat Whoosh: Mahfud MD Sebut KPK Aneh hingga Persilakan Lembaga Antirasuah Panggil Dirinya
Timothy Anugerah dan Skandal Perundungan di UNUD, Cerminkan Bullying Bukan Sekedar Pelanggaran Etika
Akar Masalah Proyek Kereta Cepat Whoosh, Pengamat Bongkar soal Pindah Tangan DARI BUMN ke Investor China
Di Balik Janji Menkeu Purbaya Pulihkan Ekonomi, Ada Angka Pengangguran Gen Z yang Dinilai Ngambang di Atas 15 Persen