Edisi.co.id, Jakarta - Di tengah semarak Konferensi Hadis dan Daurah Takhrij Hadis Persatuan Islam (PERSIS) 2025, hadir sosok yang mencuri perhatian dengan kisah perjalanannya. Ia adalah Ichwan Mustaqim, seorang penuntut ilmu asal Maluku yang datang jauh-jauh ke Pulau Jawa, membawa tekad dan harapan besar untuk memperdalam ilmu hadis di Konfrensi Ilmu Hadis PERSIS 2025 yang digelar di Gedung Balai Penjamin Mutu Pendidikan (BPMP), Pasar Minggu, Jakarta Selatan dari Jumat hingga Ahad 7-9 November 2025.
Bagi Ichwan, perjalanan ini bukan sekadar perpindahan geografis, melainkan ziarah intelektual perjalanan spiritual dan ilmiah untuk menjemput ilmu yang dianggapnya sebagai “harta karun langka”.
“Ilmu Takhrij Hadis sudah jarang sekali dibahas secara mendalam di Indonesia. Banyak kajian hanya menyentuh permukaan, tanpa dokumentasi kuat atau metodologi ilmiah yang jelas,” dikutip persis.or.id, Sabtu (8/11/2025).
Baca Juga: Gelar Pahlawan Nasional Soeharto Sebuah Kedewasaan Demokrasi Indonesia
Alhamdulillah, akhirnya tiba di lokasi konferensi setelah perjalanan panjang yang melelahkan, rasa lelahnya seketika sirna. Yang ia temukan adalah suasana penuh kesungguhan, dan materi yang disampaikan dengan sistematis.
“Rasanya seperti menemukan oase di padang gurun. Semua tertata ilmiah, para pengajar serius, dan para peserta benar-benar haus ilmu” kata Ichwan.
Kini, setelah mendapatkan ilmu, Ichwan membawa misi baru. Ia bertekad untuk menerapkan ilmu tamyiz as-sahih minal da’if kemampuan membedakan hadis sahih dan daif di tanah kelahirannya, Maluku, yang akses terhadap ilmu masih terbatas.
“Harapan saya sederhana, ucapnya, agar masyarakat bisa mengamalkan ibadah dengan dasar yang benar-benar sahih,” ungkap dia.
Namun, semangat Ichwan tidak berhenti di situ. Ia ingin menjadi bagian dari kebangkitan minat terhadap kajian hadis di Indonesia.
Baginya, konferensi ini bukan hanya tempat menimba ilmu, tapi juga ruang silaturahmi ilmiah untuk membangun jejaring kolaborasi antardaerah dan antarbidang.
“Diskusi ringan di sela acara pun membuka wawasan baru. Saya jadi sadar, perjuangan menegakkan sunnah tidak harus sendirian,” tuturnya.
Ia juga memberikan pandangan menarik tentang kolaborasi antara Dewan Hisbah dan Badiklat Kader PERSIS. Menurutnya, fleksibilitas ilmiah harus dijaga.
Baca Juga: Ledakan di Masjid SMAN 72 Kelapa Gading, Polisi Pastikan Belum Ada Korban Meninggal
“Setiap ormas atau madrasah fikih tidak sepatutnya kaku. Jika ada hadis yang lebih sahih berdasarkan penelitian dan takhrij, maka kita harus berani memperbaiki hukum fikih yang lama agar lebih presisi,” jelasnya.
Menjelang akhir daurah, Ichwan Mustaqim kembali bersiap menempuh perjalanan panjang ke timur Indonesia. Ia datang sebagai musafir, tapi pulang membawa obor ilmu obor yang siap dinyalakan di Maluku, sebagai simbol bahwa jarak bukanlah penghalang bagi mereka yang ingin menjaga kemurnian sunnah.
Artikel Terkait
Gelar Konferensi Hadis Nasional, Waketum Prof. Atip Harapkan PERSIS Jadi Pusat Kajian Hadis Dunia
Konferensi Hadis Nasional 2025: Kolaborasi Sukses Dewan Hisbah dan Badiklat Kader PP PERSIS
Ustaz Ginanjar: Konferensi Hadis Nasional PERSIS 2025 Jadi Pemicu Kebangkitan Kajian Hadis di Indonesia