Oleh: Prof. Dadan Wildan Anas
Edisi.co.id, Mekkah - Jumat, 28 April 2023. Cuaca mendung. Pukul 07.00, gerimis pagi menyapa. Pukul10.00 hujan turun cukup deras. Membasahi tanah haram di hari jum'at suci.
Pembimbing umrah, Ustad Jejen Jaenudin, M.PdI, telah mewanti wanti jamaah, agar datang lebih awal ke masjidilharam. Jika tidak ingin kehabisan tempat shalat jum'at.
Dari Hotel Anjum, tempat jamaah umrah PT. Karya Imtaq Bandung menginap, kami berangkat menuju masjidilharam. Hujan masih turun cukup deras. Halaman masjid bermarmer putih itu, licin terkena air hujan. Hujan turun, sangat jarang di kota suci itu. Para jamaah berduyun-duyun menuju masjidilharam, di tengah hujan, dengan suka cita.
Baca Juga: Bersama PT Antam Pj Gubernur Lakukan Penanaman Pohon di Kolong Tol Becakayu
Askar menutup sementara halaman mesjid, karena hujan. Bersama jamaah, akhirnya tidak melewati halaman masjid. Segera masuk bangunan masjidilharam yang baru. Bangunan yang sama mewahnya dengan bangunan lama yang lebih dulu berdiri.
Benar kata Ustad Jejen. Pukul 10.30, jamaah sudah menyesaki mesjid. Mereka datang dari berbagai penjuru dunia. Bentuk wajah, bahasa yang digunakan, negara asal, hingga pakaian yang dikenakan, beragam. Hari itu, saya seperti hadir di forum internasional dengan orkestrasi ketaatan kepada Allah SWT.
Kesempatan shalat Jumat di Masjidil Haram, tentu kesempatan yang luar biasa. Shalat di mesjid ini, sama dengan 100 ribu kali shalat di masjid lainnya. Tidak banyak kaum muslimin yang memiliki kesempatan shalat di mesjid suci ini. Bersujud. Berdoa. Menundukkan kepala dekat dengan ka'bah. Apalagi shalat Jum'at. Hari besar bagi umat Islam.
Masjidil Haram sejak awal sudah dipadati jamaah. Bagi yang terlambat, sudah dipastikan tidak akan kebagian tempat di dalam masjid. Beruntung masih kebagian shalat di halaman mesjid. Atau di jalan-jalan yang mengarah ke Ka'bah. Apalagi, dalam beberapa waktu terakhir, diberlakukan aturan tempat thawaf dekat kabah, hanya diperuntukkan bagi jamaah yang menggunakan pakaian ihram. Kecuali perempuan.
Hampir semua lantai, sudah penuh sesak. Para askar mengatur posisi jamaah. Di Masjidilharam, kaum muslim dari berbagai penjuru dunia, berbaur menyatu. Ini pertemuan akbar mingguan kaum muslimin internasional. Yang tidak ditemukan di agama manapun, pertemuan akbar mingguan seperti ini.
Ada yang menarik. Seorang pemuda berjanggut lebat, didampingi seorang tua berjanggut putih, berjalan melewati jemaah. Sang pemuda membawa air zamzam, dan dibagikan ke setiap jamaah oleh pak tua. Setiap orang diberi satu cangkir air zamzam. Kebaikan, seringkali ditemui di mesjid ini dari hal-hal kecil.
Baca Juga: Panglima TNI Terima Audiensi Ketua Dewan Pers
Pukul 11.49, adzan awal berkumandang. Tanda persiapan khutbah jumat dimulai. Sebagaimana adzan jum'at di sebagian masjid di Indonesia. Bedanya, di Indonesia, durasi adzan pertama dengan adzan kedua cukup singkat. Hanya cukup untuk shalat qobla jumat dua rakaat. Di masjidilharam, adzan pertama dan kedua di hari jum'at, cukup lama, sekira 30 menit.
Artikel Terkait
Putra Mantan Ketum PERSIS Diamanahi Dirjen PHU, Direktur Karya Imtaq: Optimis Lebih Berkemajuan.
Umroh Syawal 1444 H, 185 Jemaah Umroh PT Karya Imtaq Dibimbing Langsung Oleh Ketum dan Sekum PERSIS.
Labbaika Allahumma Labbaik, 40 Jemaah Umroh PT. Karya Imtaq Selesai Jalani Prosesi Ibadah Umroh
Alhamdulillah, 40 Orang Jemaah Umroh PT. Karya Imtaq Selamat Tiba di Jeddah