Edisi.co.id, Kabupaten Bandung - Ketua Bidang Dakwah Persatuan Islam (PERSIS) Drs. KH. Uus Muhammad Ruhiat menitipkan pesan, memasuki tahun politik yang syarat dengan perbedaan, ummat Islam harus tetap menjaga ukhuwah Islamiyah dan toleransi dalam menyikapi perbedaan politik pada pemilihan presiden (pilpres), pemilihan legislatif (pileg) yang akan digelar pada 14 Februari 2024 mendatang.
Masyarakat khsusunya ummat Islam harus lebih bijak dalam menyikapi perbedaan dan tetap bersatu meski memiliki perbedaan pandangan politik.
“Islam agama yang diturunkan Allah Swt kepada manusia dengan beraneka ragam warna kulit, bangsa, adat, dan bahasa. Dan Rasulullah SAW pun diutus bukan hanya kepada bangsa Arab saja melainkan kepada seluruh umat manusia dengan latar belakang, adat, tradisi, dan warna kulit yang berbeda-beda,” kata Kiai Uus ketika dihubungi, Rabu (3/1/2024).
Baca Juga: Tiket KA dari Daop 5 Purwokerto Hingga 7 Januari 2024 Masih Tersedia ke Berbagai Tujuan
Sehingga, dia berpendapat, tidak mengherankan apabila kaum muslimin terdiri dari bangsa yang berbeda-beda, beda bahasa, adat istiadat, ras, dan warna kulit memiliki perbedaan dan Islam sangat memahami perbedaan itu.
Ulama Dewan Hisbah PP Persatuan Islam (PERSIS) ini pun menambahkan, dalam perkara yang diperbolehkan untuk berbeda, maka umat Islam tidak mesti sama.
Ia mencontohkan, seperti berdo’a kepada Allah dengan bahasa sendiri, tentu menggunakan bahasa yang berbeda-beda dan Allah tidak memerlukan penerjemah untuk mengabulkan keinginan seluruh hamba-Nya.
Baca Juga: Kebakaran Kabel Udara di Jalan Pademangan Timur Berhasil Diatasi
Tetapi dalam perkara yang mesti sama, Kiai Uus menegaskan, umat Islam tidak boleh ada yang berbeda, seperti membaca bacaan shalat tidak boleh dikumandangkan dalam bahasa masing-masing.
"Dan mengkumandangkan azan harus satu bahasa” ungkapnya.
Oleh karena itu, Ustaz Uus berpesan, perbedaan pada pemilu jangan menjadi ajang berseteru, tapi harus menjadi pemersatu, mempersatukan ke arah kemajuan.
Selain itu, pemilu juga harus bisa mempersatukan guna ber-fastabiqul khairat atau berlomba-lomba dalam kebaikan menuju bangsa yang unggul, dan mempersatukan menuju bangsa yang bermartabat dalam bingkai akhlaq bangsa yang mulia dan diridlai Allah SWT.
Menurutnya, berbeda dalam urusan selera amat ditolelir, karena selera suatu bangsa berbeda dengan bangsa lainnya.