“Pihak sekolah sangat menyadari, kemampuan ekonomi orang tua siswa sangat beragam. Atau ada alasan lain. Sekolah hanya menyediakan fasilitas rihlah ilmiah sebagai bagian dari proses pendidikan. Sebelum pelaksanaan rihlah ilmiah dilaksanakan, diadakan diskusi dengan orang tua siswa dan komite sekolah. Alhamdulillah, rihlah ilmiah sudah menginjak tahun keempat yang rutin dilaksanakan setiap tahun,” imbuhnya.
Ketiga, hal ini yang sangat ia tegaskan, kami sangat tidak setuju jika study tour hanya untuk menambah income bagi sekolah dan guru. Di sekolah kami, pembiayaan dibuat transparan. Penyelenggaraan diserahkan kepada pihak travel.
Baca Juga: Ditanyai Isu Mangkraknya IKN, Jokowi Perkirakan akan Rampung 20 Tahun
“Hitung hitungannya jelas. Tidak ada peluang bagi guru dan panitia untuk menambah income dari acara studi tour. Pembiayaan didiskusikan secara transparan dengan para orang tua siswa. Guru yang terlibat kegiatan study tour, juga dibatasi. Guru bukan nebeng piknik, tetapi justri bertugas membimbing dan mengarahkan siswa selama rihlah ilmiah,” tegasnya.
Intinya, kembali ke pihak sekolah dan pihak orang tua siswa. Di sisi lain, study tour sangat bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengalaman belajar para siswa. Namun disisi lain lagi, study tour tidak boleh diwajibkan dan tidak boleh memberatkan siswa dan orang tua siswa. Harus ada keterbukaan, saling memahami, dan transparan dalam setiap penyelenggaraan study tour.
“Sekali lagi, saya sangat setuju dengan wacana Kang Dedi Mulyadi (KDM) melarang study tour bagi sekolah-sekolah negeri, kepala sekolah, dan guru-guru ASN,” kata dia.
Sekolah dilarang melaksanakan kegiatan study tour, apalagi jika dilaksanakan di setiap akhir tahun, diwajibkan kepada seluruh siswa, bahkan yang tidak ikut pun diharuskan membayar.
Menurutnya, hal ini hanya akan memberatkan orang tua siswa.
“Namun, bagi sekolah sekolah swasta yang sudah terbiasa melaksanakan kegiatan pembelajaran di luar kelas, tanpa mewajibkan kepada seluruh siswanya, tanpa ada biaya lain bagi yang tidak mengikutinya, dan orang tua menyetujuinya, saya kira perlu pula diberi ruang ekspresi untuk kualitas pendidikan yang lebih baik,” tutup Prof. Dadan Wildan.Soal