berita

Mbok Yem dan Sejarah Legenda Warung di Puncak Gunung Lawu yang ‘Mahal’

Rabu, 30 April 2025 | 14:00 WIB

Aktivitas naik gunung awalnya dilakukan untuk mencari bahan jamu dan rempah dari hutan Lawu.

Dari kebiasaan itu, perlahan-lahan ia membangun pondok kecil yang kemudian berkembang menjadi warung sederhana.

Warung tersebut menjadi semacam “rumah kedua” bagi para pendaki.

Di sana, para pendaki bisa menemukan nasi hangat, teh manis, mie instan, hingga obrolan ringan yang menghangatkan suasana di tengah suhu dingin Lawu.

Lokasinya hanya terpaut sekitar 115 meter di bawah titik tertinggi Gunung Lawu.

Bukan sekadar tempat jualan, warung Mbok Yem menjadi ruang persinggahan yang sarat makna.

Ia menyambut siapa pun dengan keramahan khas nenek Jawa Timur.

Tidak ada yang pulang dari Lawu tanpa mendengar kisah Mbok Yem, atau mencicipi teh hangat buatannya yang terasa istimewa di tengah dinginnya kabut.

Bagi banyak pendaki, Mbok Yem bukan hanya penjaja makanan. Ia adalah simbol semangat, kehangatan, dan dedikasi.

Meski hanya tinggal di puncak gunung dengan fasilitas sederhana, Mbok Yem telah memberi arti lebih pada perjalanan spiritual dan fisik para pendaki.

Kebanyakan orang tua memilih tinggal nyaman bersama anak-cucu di rumah saat usia senja. Namun tidak dengan Mbok Yem.

Ia justru memilih menetap di gunung, menyatu dengan alam, sambil melayani tamu-tamunya yang datang dari seluruh penjuru negeri. Ia hanya pulang sesekali, biasanya saat hari raya Idulfitri.

Kini, setelah puluhan tahun mengabdi di ketinggian, Mbok Yem akhirnya berpulang. Ia telah memutuskan untuk menghabiskan sisa usianya bersama keluarga sebelum akhirnya menghembuskan napas terakhir.

Halaman:

Tags

Terkini

Takut Air Meluap Lagi, Outlet Situ 7 Muara Dibersihkan

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:30 WIB