berita

Lindungi Anak di Ruang Digital, Menkomdigi Serukan Prinsip 'Tunggu Anak Siap'

Rabu, 10 Desember 2025 | 13:02 WIB
Lindungi Anak di Ruang Digital, Menkomdigi Serukan Prinsip 'Tunggu Anak Siap'



Edisi.co.id, Jakarta - Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid secara tegas mengajak seluruh lapisan masyarakat, terutama orang tua, untuk mengadopsi prinsip _'Tunggu Anak Siap'_ sebelum memperkenalkan anak pada dunia digital. 

Ajakan itu disampaikan sebagai bagian dari komitmen pemerintah dalam mengimplementasikan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 17 Tahun 2025 tentang Pelindungan Anak di Ruang Digital atau yang dikenal sebagai PP Tunas.

Hal tersebut disampaikan Menkomdigi saat menyampaikan pesannya dalam Talkshow _“Bangun Ruang Digital Ramah Anak”_ di Jakarta, Selasa (9/12/2025).

Meutya Hafid menegaskan bahwa PP Tunas hadir bukan untuk menghalangi kemajuan, melainkan sebagai bentuk kepedulian negara dan wujud nyata dari perhatian Presiden Prabowo terhadap masa depan anak bangsa.

Baca Juga: Bagaimana Ketika Ulama Bertemu Algoritma? Ini Penjelasan Tokoh Agama dan Pakar AI

Ruang digital, meski penuh peluang, juga menyimpan risiko nyata seperti paparan konten berbahaya dan perundungan. 

"Pesan utama kami sederhana namun krusial: Tunggu anak siap, Tunas. Pastikan anak benar-benar siap, baik secara usia, kematangan mental, dan adanya pendampingan yang memadai sebelum mereka memasuki dunia digital," ujar Meutya dalam pesannya.

Dengan PP Tunas, Indonesia mencatatkan diri sebagai negara kedua di dunia setelah Australia yang memiliki regulasi komprehensif khusus untuk Perlindungan Anak di Ruang Digital.

Posisi itu sekaligus menempatkan Indonesia sebagai pionir dalam mendorong standar keamanan digital yang lebih tinggi bagi anak-anak secara global.

Baca Juga: KABAR GEMBIRA! Celebration Deals 12.12, KAI Daop 6 Yogyakarta Berikan Diskon Tiket Kereta Api 20 Persen

Keberhasilan implementasi regulasi itu, menurut Menkomdigi, sangat bergantung pada kerja kolektif. Perlindungan anak tidak bisa dibebankan pada pemerintah semata, tetapi memerlukan peran aktif orang tua, guru, sekolah, dan seluruh komunitas untuk bergerak bersama.

_Talkshow_ yang menghadirkan pakar pendidikan, psikolog anak, dan praktisi parenting itu menjadi langkah nyata untuk memperluas gerakan Perlindungan Anak di Ruang Digital. 

Kegiatan itu dimanfaatkan baik oleh sejumlah peserta yang sempat menyampaikan curhat pengalaman mereka menghadapi dinamika anak di ruang digital. 

Ada yang bercerita anaknya mengutarakan keinginan menonton video terlarang, karena dibahas teman-temannya. Ada juga yang menceritakan keponakannya karena adiktif _game online._ 

“Karena tidak ada pemahaman bisa konsultasi dengan psikolog, akhirnya putus sekolah karena nilainya jelek disebabkan tidak fokus,” kata salah satu peserta.

Halaman:

Tags

Terkini

Takut Air Meluap Lagi, Outlet Situ 7 Muara Dibersihkan

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:30 WIB