Pada 1991, ketika wilayah tersebut secara resmi menyatakan kemerdekaan, perang pecah antara Armenia dan Azerbaijan. Perang itu mengakibatkan sekitar 30.000 korban jiwa dan ratusan ribu orang lainnya mengungsi.
Pada 1993, Armenia telah menguasai Nagorno-Karabakh dan banyak wilayah sekitarnya di Azerbaijan.Pada tahun 1994, Rusia menengahi gencatan senjata.
Nagorno-Karabakh tetap menjadi bagian dari Azerbaijan, tetapi sejak itu sebagian besar diperintah oleh separatis yang mendeklarasikan diri sebagai republik, dijalankan oleh etnis Armenia, dan didukung oleh pemerintah Armenia.
Perang antara Armenia dan Azerbaijan kembali berkorbar antara September dan November 2020. Warga sipil jadi korban, kota luluh-lantak, dan ketakutan menyebar. Di tahun tersebut, lebih dari 6.600 orang meninggal dunia akibat konflik.
Kali ini, Azerbaijan - yang didukung oleh Turki - berada di atas angin dan mendapatkan kembali kendali penuh atas sebagian besar Nagorno-Karabakh.
Di tengah gencatan senjata yang dimediasi oleh Rusia, Armenia menarik pasukan dari sana dan hampir 2.000 penjaga perdamaian Rusia dikerahkan ke wilayah itu untuk memantau gencatan senjata.
Pemimpin kedua negara telah bertemu beberapa kali untuk menuntaskan perjanjian damai terkait Nagorno-Karabakh, tetapi tidak berhasil.
Apa konflik terbaru yang terjadi di sana? Pertempuran terjadi di perbatasan Armenia dan Azerbaijan, yang disebut oleh Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan telah mengakibatkan 49 tentara Armenia tewas.
Armenia mengeklaim pasukan Azerbaijan menyerang beberapa kota di dekat perbatasan negara itu dengan Azerbaijan. Negara itu kemudian merespons apa yang disebut sebagai "provokasi skala besar".
Pemerintah Armenia menyebut Azerbaijan memicu konflik karena negara itu enggan bernegosiasi terkait Nagorno Karabakah.
Akan tetapi, Azerbaijan mengeklaim Armenia adalah yang pertama melakukan serangan. Azerbaijan menuding Armenia melakukan aktivitas intelijen di sepanjang perbatasan dan menyerang pos militer Azerbaijan.
Baca Juga: Warung Angkringan Peluang Usaha yang Cukup Menjanjikan
Banyak negara khawatir akan pecahnya perang antara kedua negara di bekas wilayah Soviet di Eropa timur, selain perang di Ukraina. Konflik ini dikhawatirkan bisa menarik negara-negara lain, seperti Rusia dan Turki.
Prancis, yang saat ini menjabat sebagai presiden dewan keamanan PBB, telah meminta Dewan Keamanan PBB untuk membahas konflik tersebut.
Charles Michel, presiden Dewan Eropa, mengatakan dia telah melakukan kontak dengan Pashinyan dan presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.