Edisi.co.id - Bila Anda berkunjung ke Solo atau Yogya, jangan lupa mampir di warung angkringan. Warung makan sederhana, bahkan sangat sederhana, namun tak pernah kekurangan konsumen. Dimana letak keunikannya?
Angkringan sudah ada sejak tahun 1930-an, yang konon berawal dari daerah Klaten, Jawa Tengah, kemudian berkembang di Solo dan Yogya. Saking populernya tempat makan ini, tak lengkap rasanya berkunjung di kedua kota itu tanpa menikmati suasana malam di angkringan. Bahkan angkringan telah menjadi salah satu daya tarik wisatawan untuk datang ke kota budaya dan pariwisata itu.
Tampilan warung angkringan umumnya berupa gerobak yang dilengkapi beberapa bangku panjang dan beratap terpal. Biasanya mulai beroperasi menjelang senja hingga larut malam, bahkan sampai dini hari. Warung angkringan mudah ditemukan di sudut-sudut jalan atau trotoar di Solo atau Yogya. Harga makanannya tergolong murah namun cocok dengan selera masyarakat kebanyakan. Inilah yang membuat angkringan tetap eksis dan tak pernah kekurangan konsumen.
Baca Juga: Netizen Kaget, Aldila Jelita Gugat Cerai Indra Bekti
Sajian utama berupa nasi bungkus yang biasa disebut nasi kucing karena porsinya sedikit cukup untuk seekor kucing. Tak heran kalau tiap pengunjung biasa mengkonsumsi dua hingga tiga bungkus bahkan lebih. Untuk lauknya tinggal pilih, ada tempe, tahu, telur, sambal, serta bermacam jenis sate seperti sate kikil, sate usus, sate telur puyuh, sate ati-ampela, dll. Berbagai lauk itu bisa dihangatkan secara “dadakan”, yang menggunakan api arang atau kayu bakar. Ada juga bermacam minuman hangat dan dingin, seperti teh dan kopi.
Kehadiran angkringan telah menghidupkan suasana malam beberapa kota di Jawa Tengah. Kehadirannya tidak hanya menjadi solusi bagi mereka yang sedang lapar, tetapi juga menjadi alternatif hiburan malam yang murah, di tengah kejenuhan sebelum kantuk datang. Terlebih bagi pelajar dan mahasiswa yang mungkin lagi sibuk menyelesaikan tugas hingga larut malam, atau mereka yang terpaksa kerja lembur. Di saat lapar dan lelah, bisa meluangkan waktu untuk rehat sejenak di warung angkringan ini.
Warung angkringan bukan lagi sekadar tempat makan dan minum, tetapi sudah menjadi wahana interaksi sosial yang egaliter karena tidak membedakan status. Semua pengunjung berbaur menikmati makanan kesukaannya sambil ngobrol dalam suasana kekeluargaan, meski tidak saling mengenal.
Baca Juga: Sekda Kota Depok, Supian Suri : Ada Enam Isu Strategis dalam Forum Renja 2024 Setda Kota Depok
Salah satu keunggulan dari angkringan yaitu tersedianya menu yang cukup beragam dengan harga murah-meriah. Sangat bersahabat dengan kantong mahasiswa dan pelajar, atau masyarakat menengah ke bawah.
Di balik tampilannya yang sederhana, angkringan bisa menjadi salah satu pilihan usaha yang layak diperhitungkan. Pengerjaannya yang mudah dengan modal yang tidak terlalu besar, menjadi daya tarik tersendiri. Syaratnya tidak sulit, hanya keuletan dan sanggup begadang.
Kecilnya modal yang dibutuhkan juga menjadi daya tarik bagi Sarminem saat memulai usaha ini beberapa tahun lalu. Saat itu dia hanya bermodalkan Rp 1 juta yang digunakan untuk membeli berbagai bahan makanan. “Modal itu belum termasuk sewa gerobak,” jelas warga Banyuanyar, Banjarsari, Solo ini, yang menyewa gerobak dari temannya.
Baca Juga: Meriahnya Peringatan Ulang Tahun Pertama Ameena, Putri Aurel Hermansyah dan Atta Halilintar
Seperti umumnya warung angkringan, Sarminem menyediakan nasi kucing sebagai sajian utama, dilengkapi berbagai menu seperti tahu-tempe, gorengan, dan aneka minuman. Meski usaha ini diawali dengan modal seadanya, namun secara perlahan terus berkembang.
Perkembangan usahanya semakin mantap sejak mendapat pembinaan dari PNM Mekaar pada tahun 2017. Sejak saat itu banyak perubahan dalam pengelolaan usahanya, tidak hanya secara kuantitas berupa perluasan tempat lesehan atau penambahan jenis panganan yang disajikan, tetapi juga peningkatan kualitas produk, kebersihan, juga pelayanan.