Kajian Program Nutrisi Berbasis Kearifan Lokal Melalui Pemberdayaan Perempuan di Siak, Riau

photo author
- Rabu, 10 Desember 2025 | 12:05 WIB

Oleh : Novita sari yahya

Edisi.co.id - Ketika saya membaca laporan bahwa di Tiongkok pelajar diwajibkan untuk belajar menanam, berkebun, bahkan memasak sebagai bagian dari pendidikan sekolah, ingatan saya langsung kembali ke sebuah kajian yang saya susun pada tahun 2018. Kajian itu membahas sebuah program nutrisi berbasis kearifan lokal di Kabupaten Siak, Riau. Program yang difokuskan pada pemberdayaan perempuan. Setelah sekian tahun, saya menyadari bahwa gagasan dalam kajian tersebut ternyata sangat relevan, terutama bila dibandingkan dengan praktik pendidikan dan ketahanan pangan di Tiongkok.

Latar Belakang Kajian

Kajian ini awalnya disusun atas permintaan Ketua Serikat Buruh Bersatu Riau, yang melihat bahwa masalah gizi di kalangan keluarga buruh tidak bisa dilepaskan dari persoalan ketahanan pangan rumah tangga. Banyak keluarga buruh hidup di lingkungan dengan potensi pangan lokal yaitu lahan pekarangan, bahan pangan alami tetapi mereka tidak memiliki akses maupun kemampuan untuk mengolahnya menjadi makanan bergizi. Keadaan inilah yang diduga berkontribusi pada tingginya kasus gizi buruk dan stunting.

Naskah kajian itu kemudian dipublikasikan ke publik, karena dianggap memiliki relevansi lebih luas yakni tentang bagaimana keluarga atau komunitas kecil bisa membangun ketahanan pangan secara mandiri, tanpa selalu tergantung pada intervensi eksternal.

Empat alasan utama yang membuat kajian ini penting dan tetap relevan hingga kini:

1. Perempuan mengendalikan makanan di rumah tangga. Dalam banyak keluarga di Indonesia, ibu bertanggung jawab memilih bahan pangan, mengolah makanan, dan menyusun menu harian.

2. Perempuan menjadi penghubung antara sumber pangan lokal dan konsumsi sehari-hari. Bila perempuan diberi pengetahuan dan keterampilan, maka sumber pangan lokal dapat berubah menjadi pangan bergizi bagi keluarga.

3. Perempuan sebagai motor pelestarian lingkungan melalui pertanian pekarangan. Dengan bercocok tanam di pekarangan — menanam sayur, memelihara tanaman lokal, memelihara ikan air tawar — mereka tidak hanya menyuplai pangan, tetapi juga menjaga keberlanjutan lingkungan.

4. Analog dengan pendekatan di Tiongkok yang menjadikan bercocok tanam bagian dari pendidikan karakter dan ketahanan pangan. Ini menunjukkan bahwa kegiatan menanam bukan sekadar soal produksi pangan, tetapi juga soal pembentukan karakter, kemandirian, dan kesadaran ekologis.

Empat poin di atas membuat saya semakin yakin bahwa program pemberdayaan perempuan melalui kearifan lokal bisa menjadi jawaban bagi persoalan gizi dan ketahanan pangan di Indonesia khususnya di komunitas rentan seperti keluarga buruh di Siak.

Masalah Gizi dan Ketahanan Pangan di Indonesia

Masalah gizi di Indonesia bersifat kompleks dan multidimensional. Bahkan sebelum pandemi, kasus seperti stunting, gizi kurang, dan anemia pada ibu hamil sudah menjadi isu serius. Salah satu dokumen penting menunjukkan bagaimana situasi pandemi memperburuk masalah ini: UNICEF melaporkan bahwa pandemi COVID-19 telah mengganggu akses keluarga terhadap makanan bergizi, layanan kesehatan dan gizi, serta meningkatkan risiko anak kekurangan gizi.

Gangguan ekonomi akibat kehilangan pekerjaan, memburuknya akses ke layanan kesehatan, serta terganggunya distribusi pangan membuat banyak keluarga kesulitan menyediakan makanan sehat. Bagi keluarga buruh, tantangan ini lebih berat karena pendapatan tidak menentu, sementara anggota keluarga besar dan kebutuhan pangan tinggi. Dalam situasi seperti ini, ketergantungan pada pangan instan atau murah dengan nutrisi rendah meningkat, sementara makanan lokal bergizi terabaikan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rohmat Rospari

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Kemiskinan, Kesehatan, dan Tanggung Jawab Negara

Jumat, 19 Desember 2025 | 13:03 WIB

Hutan sebagai Korban Gaya Hidup Materialistis

Rabu, 17 Desember 2025 | 19:55 WIB

Bahasa yang Hilang di Balik Cahaya Layar Gadget

Rabu, 17 Desember 2025 | 15:29 WIB

UKW dan Kerendahan Hati Seorang Wartawan

Selasa, 16 Desember 2025 | 13:15 WIB

The Western Wall

Jumat, 12 Desember 2025 | 14:40 WIB

Aset Perusahaan Terbakar? Begini Aspek Perpajakannya

Jumat, 12 Desember 2025 | 13:08 WIB

Kekaguman atas Sikap Kemanusiaan — Catatan Pribadi

Rabu, 10 Desember 2025 | 11:35 WIB

Presiden Prabowo, Duka Sumatera Duka Bangsa Indonesia

Minggu, 7 Desember 2025 | 13:33 WIB
X