Edisi.co.id, Kabupaten Bandung - Tampak raut wajah yang amat gembira dan senyum bangga Jahira Salsabila Nurul Imam, S.Ag salah satu dari 5 rekan mahasiswa lainnya yang meraih nilai IPK 3.87 dan mendapat predikat lulusan terbaik dari program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) mewakili 375 mahisiswa memberikan ungkapannya dihadapan ratusan rekan wisudawan-wisudawati dan dihadapan para tamu undangan pada acara Wisuda XXII STAIPI Bandung di Gedung Sabilulungan Soreang Kabupaten Bandung, Sabtu (9/10/2021).
Sesampainya dimimbar podium Jahira memulai ungkapannya dengan pantun, “kalau fajar diupuk senja, bathin bergemuruh penuh gelora, senyum manis penuh suka gembira, beribu rasa tak dapat dilukiskan dengan kata-kata, demikianlah suasana hati kami wisudawan-wisudawati yang hadir pada har ini memakai toga”.
“Suatu kehormatan bagi saya dapat mewakili sahabat-sahabat wisudawan untuk menyampaikan ungkapan rasa syukur dalam memaknai arti kelulusan setelah menempuh pendidikan dalam momentum wisuda XXII STAIPI Bandung,” kata Jahira.
Baca Juga: Berkontribusi Besar, STAIPI Bandung Berikan Penghargaan Kepada 5 Orang Ketua Terdahulu
Ia menjelaskan, pada hari ini Allah Swt telah menaikan derajat kita memberikan yang terbaik serta menyempurnakan epifani keilmuan kita yang tiada berkesudahan.
“Kelulusan ini adalah amanah besar, namun lebih dari itu izinkan saya mengakhiri fase kehidupan kampus ini dengan pesan bermakna untuk menyadarkan kita semua tentang hal-hal penting yang akan kita hadapi dalm kehidupan setelah menyelesaikan pendidikan di STAIPI Bandung,” tuturnya.
Jahira pun mengutip apa yang disampaikan Presiden RI Soekarno. "Beri aku 1000 orang tua maka akan ku cabut semeru dari akarnya, dan beri aku 10 pemuda maka akan ku guncangkan dunia".
Saya percaya bahwa setiap dari kita berpotensi menjadi inspirasi bagi orang lain, setiap dari kita mempunyai aspek-aspek tertntu yang bisa menjadi teladan bagi sekitar. Dan dari setiap aspek itulah seharusnya kita menjadi uswah hasanah bagi orang disekitar kita.
Ia pun melanjutkan ungkapannya, setelah mendapat gelar sarjana maka jalan mana yang akan kita pilih?. Ini saatnya kita memilih, jalan mana yang akan kita tujuan selanjutnya, Fa Aina Tadzhabuun? apapun jalan yang kita pilih, mari kita pastikan, bahwa jalan tersebut bukanlah suatu jalan yang merupakan sikap inklusif kita dalam mengambil peluang, bukan juga karena gengsi atau materi, bukan juga hanya karena paksaan atau ikut-ikutan, tapi itu merupakan jalan yang telah melalui banyak pertimbangan, dan merupakan output serta visualisasi dari visi misi diri kita.
Menurutnya, apalah arti diskusi-diskusi hangat yang kita bangun, buku-buku mata kuliah yang menumpuk, apalah IPK yang tinggi, apalah arti predikat cumlaude, apalah arti predikat mahasiswa dengan segudang prestasi, kompetensi, dan kapasitas yang kita miliki, jika ternyata kita belum selesai dalam mendefinisikan visi misi, dan tujuan hidup kita.
Selanjutnya ungkap Jahira, saat ini harus bisa mendefinisikan untuk apa dan karena apa kita berbuat, untuk apa dan karena apa kita bekerja, untuk apa dan karena apa kita melanjutkan studi. Bukan hanya untuk mewujudkan capaian-capaian pribadi saja, bukan untuk keuntungan individu saja, tapi lebih dari itu, untuk menuai kebermanfaatan, yang lebih luas dan lebih besar lagi, seperti sabda Rasulullah SAW: “Khoirunnas anfa’uhum linnas”, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk manusia lainnya.
“STAI PERSIS Bandung merupakan rumah intelektual kedua baginya, saya banyak mendapat pelajaran dan makna-makna kehidupan selama menjalani proses kuliah dan berorganisasi di kampus. Betapa benar bahwa Mahasiswa merupakan salah satu lapisan terpenting dalam masyarakat. Kehadiran kita dimasyarakat seharusnya mampu menyelesaikan problematika kehidupan berbangsa dan bernegara,” imbuh Jahira.
Baca Juga: 9 Oktober, STAIPI Bandung Akan Mewisuda 377 Mahasiswa dari 5 Prodi