Jauh sebelumnya, orang tuanya telah memberitahukan bahwa ia mengalami atau menyandang sindrom asperger. Hal ini tidak menjadikan Baghdad berkecil hati untuk meriah mimpi dan cita-citanya.
Ia juga menuturkan selama di pondok inilah yang menjadikan kebanggan orang tua.
“Karena selama di pondok dirinya tahu arti persahabatan, kebersamaan dan dipondok inilah bisa membentuk dirinya jauh lebih baik dari sebelumnya,” imbuh Baghdad.
Selain itu, nasehat orang tualah yang dapat memotivasi dirinya agar dapat berubah jauh lebih baik lagi.
“Setelah di wisuda jadi santri hafiz 30 juz, ia mengatakan bahwa ilmu yang ia dapat selama mondok di PTWQ in syaa Allah akan ia dermakan untuk yang lainnya,” ucapnya.
Saya mempunyai cita-cita menjadi ustaz atau lebih tepatnya menjadi guru ngaji. Mengajarkan orang-orang yang belum bisa membaca Al Qur’an.
Baca Juga: Mohammad Idris, Wali Kota Depok Yang Konsen Terhadap Covid Sejak Masih Pandemi Hingga Menjadi Endemi
“Mengamalkan semua ilmu yang didapat selama mondok dan in syaa Allah akan memurojaah terus-menerus,” pungkas Baghad.
Terakhir kata Baghad, semoga yang ia capai ini dapat membuat bangga orang tua dan kekurangan yang ia milik bukan menjadi penghambat untuk meraih mimpi dan cita-cita.