berita

Tanamkan Nilai-Nilai Kearifan Lokal di Era Global Bagi Siswa, SMP PCI Hadirkan Doktor Sosiologi UPI

Senin, 21 Maret 2022 | 21:28 WIB
Foto: Dok SMP Prima Cendekia Islami (PCI)

Edisi.co.id, Kabupaten Bandung - SMP Prima Cendekia Islami (SMP PCI) kembali menggulirkan salah satu program unggulannya yakni; "PCI SERIAL LECTURE" edisi ke IV, Senin 21 Maret 2022 di Aula SMP Prima Cendekia Islami (PCI). Program ini menghadirkan para Guru Besar, Doktor, Birokrat dan Praktisi dalam dunia pendidikan sebagai pembicara kepada civitas akademika SMP Prima Cendekia Islami (PCI).

Pada PCI Serial Lecture edisi ke IV ini, hadir sebagai Narasumber Hj. Siti Komariah, Dra., M.Si. Ph.D. Ketua Program Studi Pendidikan (Kaprodi) Sosiologi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). PCI Serial Lecture edisi ke IV mengangkat tema "Menanamkan Nilai-Nilai Kearifan Lokal di Era Global".

Dalam presentasinya, Siti Komariah mendorong agar generasi milenial memiliki wawasan, pengetahuan, dan perilaku mengenai kearifan lokal. Generasi milenial harus memahami nilai-nilai kearifan budaya lokal atau local wisdom secara utuh, meskipun mereka hidup di era global dan digital. Mereka tidak boleh tercerabut dari akar budayanya.

Baca Juga: Di Saudi, Menag RI dan Menag Malaysia Bahas Peningkatan Pelayanan Ibadah Haji

Menurutnya, banyak sekali nilai kearifan budya lokal, terutama di lingkungan masyarakat Sunda yang sampai saat ini masih relevan dengan kondisi dan keadaan zaman, ungkap Sosiolog yang menyelesaikan pendidikan doktornya di Universiti Malaya Kualalumpur ini.

“Setiap daerah tentu memiliki nilai kearifan lokal yang berbeda. Kita sebagai warga Jawa Barat yang mayoritas etnis Sunda dan berbudaya Sunda, harus mengetahui dan mengimplementasikan nilai-nilai kearifan budata lokal Sunda dalam kehidupan sehari-hari. Ini merupakan wujud pelestarian budaya daerah supaya tidak mengalami kepunahan,” ujarnya.

Siswa begitu antusias menerima materi yang disampaikan.

Dalam paparannya, Siti Komariah memberikan banyak contoh nilai-nilai kearifan budaya lokal Sunda yang sebenarnya tidak asing di masyarakat namun mulai luntur keberadaannya. Menurutnya, banyak ungkapan-ungkapan singkat dari kearifan budaya lokal masyarakat Sunda yang memiliki pesan luas dalam membangun kehidupan yang harmoni. Contohnya, ungkapan tata titi duduga peryoga, paheuyeuk heuyeuk leungeun, kudu nulung kanu butuh nalang kanu susah, kudu daek mere maweh ka sasama, ka cai jadi saleuwi ka darat jadi salebak.

Baca Juga: Guru dan Santri PPI 110 Manbaul Huda Sambut Gembira Hadirnya Kantin Nyaman yang Ada Taman Bacaan Didalamnya

Demikian pula dalam membangun kehidupan yang rukun, orang sunda mengajak hirup kudu akur jeung dulur hade jeung baraya, tiis ceuli herang mata, silih asah silih asih silih asuh, bobot pangayun timbang taraju, sacangreud pageuh sagolek pangkek, kudu hade hogog hade tagog.

Tidak hanya itu, ungkapan lain yang penuh makna seperti sing someah  ulah goreng bagug da basa mah teu meuli,  kudu sareundeuk saigel sabobot sapihanean sabata sarimbagan, kudu nyanghulu ka hukum, nunjang ka nagara, mupakat ka balarea memiliki makna filosofis yang mendalam.

Berkembangnya zaman tidak berarti para siswa atau masyarakat menjadi lupa akan nilai-nilai kearifan budaya lokal. Karena pada dasarnya kearifan lokal yang kita miliki tidak sama sekali tertinggal, bahkan masyarakat Sunda sebagai masyarakat yang adaptif (ngindung ka waktu ngabapa ka zaman) dapat melakukan inovasi dalam implementasi kearifan lokal dalam berbagai aspek kehidupan.

Baca Juga: Pesantren PERSIS 110 Manbaul Huda Resmikan Kantin MH yang Bersih dan Nyaman

Bahkan para orang tua dahulu telah memiliki kesadaran dan wawasan yang tinggi terhadap agama, pelestarian lingkungan, hukum, sosial, dan ekonomi. Namun sering kali kita sebagai generasi milenial jika menerapkan nilai-nilai kearifan lokal dianggap kuno dan tertinggal.

Halaman:

Tags

Terkini

Takut Air Meluap Lagi, Outlet Situ 7 Muara Dibersihkan

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:30 WIB