Oleh Dadan Wildan Anas (Sekretaris Umum PP. Persis 2000-2005 dan Sekretaris Majelis Penasehat 2015-2022)
1. Pertama Kali Mengenalnya
Tahun 1990, tepat 32 tahun lalu, saya mengenal Ustad Atip di Muktamar Persatuan Islam (PERSIS) di Pesantren PERSIS Tarogong Garut yang dibuka oleh Menteri Dalam Negeri, Yogi S. Memet.
Atip hadir sebagai utusan Persis Cabang Indihiang kalau tidak salah. Dia utusan dari Persis bukan Pemuda Persis. Sementara, saya hadir sebagai utusan Pemuda Persis Cabang Magung --- sekarang Cabang Ciparay Kabupaten Bandung.
Atip lahir di Tasikmalaya pada tanggal 28 Juli 1964. ia lebih tua tiga tahun dari saya. Muncul pertama dalam Muktamar Persatuan Islam (PERSIS), langsung membuat geger. Saat itu dalam pembacaan hasil sidang, tiba-tiba seorang anak muda tampil ke depan, dan memprotes pimpinan sidang dengan teriakan... putusan sidang ternyata bukan pada hasil sidang, tapi pada mulut pembicara, teriaknya.
Baca Juga: Sinar Mas Land Selenggarakan Diseminasi Pengembangan Sekolah Berhati di Tangsel dan Kab Tangerang
Sontak, pernyataan itu membuat geger jamaah Persatuan Islam (PERSIS). itulah kesan pertama saya untuk kang Atip. Berani lantang berbicara kebenaran.
Tampilnya Atip Latifulhayat di forum sidang pleno itu, membawa kesan adanya sosok muda yang nampak cerdas namun keras. itulah yang menarik hati ustad Entang Mukhtar ZA yang ketika itu terpilih sebagai Ketua Umum Pusat Pimpinan Pemuda Persatuan Islam (PERSIS) menggantikan Ustad Ikin Shodikin, untuk menarik Atip di jajaran tasykil PP. Pemuda PERSIS Periode 1990-1995. Saya juga diminta bergabung di tasykil PP. Pemuda Persis periode itu.
Pada tahun 1995, Atip terpilih sebagai ketua Umum PP. Pemuda Persatuan Islam (PERSIS) Periode 1995-2000. Dalam periode itu, saya menjadi Sekretaris Umumnya, meskipun tidak lama. Ditengah perjalanan sebagai Ketua Umum PP. Pemuda Persis, sekitar tahun 1997-1998 atip harus melanjutkan studi masternya di Monash University Melbourne Australia.
2. Bertahun tahun tinggal di Negeri Kanguru
Ketika Atip sedang menyelesaikan S.2 nya di Monash University, saat itu tahun 1999, lebih dari 20 tahun lalu, saya sudah menempuh studi program doktor di Universitas Padjadjaran.
Baca Juga: Pejuang Keluarga Lintas Negara
Atas jasa baik Prof. Edi S. Ekadjati, promotor saya, dengan didanai sepenuhnya oleh The Ford Foundation, saya mendapat kesempatan untuk melakukan penelitian disertasi doktor saya di Monash University, tempat atip kuliah.
Selama riset di Australia itulah, saya tinggal di rumah Atip yang membawa serta istrinya, Dr. Neni Ruhaeni, SH., LLM dan putri putrinya. Terimakasih untuk kang atip atas kerelaannya saya menumpang di rumahnya beberapa bulan selama saya tinggal di Melbourne.