SMP PCI Gunakan Konsep Merdeka Belajar dan Merdeka Mengajar, Ini Penjelasan Prof. Dadan Wildan

photo author
- Sabtu, 25 September 2021 | 12:26 WIB
Proses belajar di SMP PCI
Proses belajar di SMP PCI

Edisi.co.id, Kabupaten Bandung - Sekolah Menengah Pertama (SMP) Prima Cendekia Islami (PCI) yang bartu saja diresmikan kegunaannya pada Juli lalu mengacu kepada kurikulum nasional.

Ketua Yayasan PCI Prof. H. Dadan Wildan menjelaskan sebagai sekolah yang berada dibawah naungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. sebelumnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

“Namun dengan demikian SMP PCI berbeda dengan sekolah lain pada umumnya. Sekolah yang sangat kental nuansa islamnya mempunyai tagline sekolah Digita Qur’ani,” katanya kepada edisi.co.id, Sabtu (25/9/2021).

Baca Juga: Alhamdulillah, Malik Santri Kelas 9 PPI 110 Manba’ul Huda Bandung Dalam Waktu 1 Tahun Hafal Al-Qur’an 19 Juz

Lebih lanjut staf ahli menteri sekretaris negara menerangkan, meskipun mengacu pada kurikulum nasional, di era merdeka belajar dan merdeka mengajar, pihak sekolah memberi kebebasan kepada guru guru untuk melakuan improvisasi terhadap kurikulum nasional.

“Era merdeka belajar, telah mengubah pembelajaran satu arah ke arah konsep belajar bersama. Guru menempatkan diri sebagai teman, fasilitator, dan motivator,” ucapnya.

Mantan sekretaris umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam juga menuturkan, guru bukan satu satunya sumber ilmu. Siswa bersama guru, menentukan bersama apa yang ingin dipelajari. Melalui falsafah merdeka belajar dan merdeka mengajar, dapat dikembangkan potensi, prestasi, dan aktualisasi para siswa. Para siswa menjadi manusia merdeka yang siap meraih apa yg dicita citakannya.

Baca Juga: 4 Oktober Kota Bogor Gelar PTM Terbatas Secara Serentak, Ini Catatannya.

“Dalam kaitan kurikulum nasional, merdeka belajar, dan merdeka mengajar, kami menerjemahkannya kedalam empat hal,” ujar Prof. Dadan.

Pertama, kurikulum nasional tetap digunakan untuk mengadopsi budaya bangsa yg plural dan multikultural.
Kurikurum nasional yang berwajah indonesia dan berakar pada budaya bangsa.

“Meskipun ada label Islam, maka kami mengedepankan ajaran islam yang inklusif, bukan ekslusif. Islam rahmatan lil alamin,” imbuhnya.

Kedua, kurikulum nasional juga dikembangkan dengan berpedoman pada aspek religiusitas, yang adaptif dan responsif terhadap dinamika era global dengan tetap berpijak pada landasan religiusitas, dimana wahyu memandu ilmu.

Baca Juga: Aziz Syamsuddin Dijemput KPK di Kediamannya

Ketiga, menurut Prof. Dadan sejalan dengan tagline sekolah digital untuk generasi muslim milenial qur'ani, maka penerapan kurikulum didesain dan diterapkan dalam pembelajaran multimedia dan digitalisasi dengan proses pembelajaran yang menyenangkan dan inovatif, dengan tetap mengedepankan hasil belajar yang memenuhi standar kompetensi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Henry Lukmanul Hakim

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Takut Air Meluap Lagi, Outlet Situ 7 Muara Dibersihkan

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:30 WIB
X