Kenang Rekam Jejak Buya Syafii, Suara Muhammadiyah Resmikan Serambi Buya Syafii, Lebih 7000 Buku Tersimpan

photo author
- Sabtu, 12 November 2022 | 14:14 WIB
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi, meresmikan Serambi Buya Syafii - Foto: PP Muhammadiyah
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi, meresmikan Serambi Buya Syafii - Foto: PP Muhammadiyah

 

Edisi.co.id, Surakarta - Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah yang juga tokoh bangsa Buya Prof Dr H Ahmad Syafii Maarif yang meninggal pada 27 Mei 2022 lalu banyak meninggalkan kenangan dan juga duka bagi seluruh rakyat Indonesia.

Untuk mengenang rekam jejaknya, Suara Muhammadiyah (SM) melalui Pusdatlitbang berinisiatif mendirikan serambi khusus, yang diberi nama Serambi Buya Syafii.

Tepat Hari Kamis (10/11) yang bertepatan hari Pahlawan, Serambi Buya Syafii diresmikan. Hadir langsung dalam acara tersebut, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi, Ketua Badan Pembina Harian SM, HM Muchlas Abror, Direktur Utama PT Syarikat Cahaya Media (SCM)/SM, Deni Asy’ari, MA, Manajer Pusdatlitbang PT SCM/SM, Isngadi Marwah Atmadja, SAg., MA, Mantan Bupati Sleman, Drs H Sri Purnomo, MSi, Pustakawan Balai Layanan Perpustakaan DIY, Gandes Yuningtyas, AMd, Rektor Universitas Aisyiyah Yogyakarta, Warsiti, SKp., MKep., Sp., Mat, Direktur Maarif Institute, Abd Rohim Ghozali, MA, Camat, Koramil, Kapolsek Gamping, Lurah Nogotirto, RT, RW, dan seluruh warga Nogotirto.

Baca Juga: Ojol dan Sopir Angkot di Kota Bogor Dapat Bansos BBM, Totalnya Rp 1,4 Miliar

Dalam sambutannya, Isngadi mengatakan bahwa pihaknya bersama jajaran redaksi memiliki ide inisiatif pendirian Serambi Buya Syafii ini berangkat dari sebuah cerita. Di mana cerita ini berasal dari kisah Buya Syafii yang meminta Budayawan dan Sastrawan, Mustofa Wahid Hasyim untuk bercerita tentang Kauman. Menurutnya, Mustofa menceritakan kepada Buya Syafii mengenai tradisi keseharian yang dilakukan oleh Kauman.

Tradisi yang menjadi catatan penting bagi Mustofa ihwal tradisi mengenai tokoh yang telah meninggal dan para puteranya tidak sealiran keilmuannya, maka tokoh itu membuka rumahnya dan mempersilahkan untuk meneruskan ilmu dari tokoh tersebut. Dari situ, muncul kegelisahan dari dalam jiwa Buya Syafii yang mengutarakannya kepada Mustofa ketika selesai rapat redaksi.

“Saya juga tidak tahu besok, bagaimana dengan masjid dan buku-buku saya,” ujar Buya.

Baca Juga: Pemesanan Tiket KA Libur Natal dan Tahun Baru Terus Meningkat, KAI Imbau Penumpang Perhatikan Persyaratan

Demikian Mustofa yang juga berkeluh kesah kepada Buya, “Saya juga Buya, saya seorang sastrawan, tetapi anak-anak saya juga tidak ada satupun yang suka sastra.

"Saya juga tidak tahu bagaimana buku-buku saya,” ujarnya.

Dari situlah, menjadi pencerah bagi jajaran redaksi yang ingin menjadikan buku-bukunya ditampung di perpustakaan Suara Muhammadiyah. Tetapi, menurut salah satu redaksi mengatakan tidak cukup untuk menampung buku-buku Buya Syafii.

“Akhirnya terjadi kompromi, terima kasih sekali Bu Nur dan Mas Hafid yang kemudian meminjamkan atau mengizinkan kami untuk memakai rumah ini (red: rumah Buya Syafii) untuk sementara waktu. Sehingga buku-buku Buya Syafii dikatalogkan, tetapi tetap di sini sampai kemudian nanti Suara Muhammadiyah mempunyai ruangan yang cukup untuk menampung seluruh buku-buku dan peninggalan Buya Syafii itu. supaya dapat kita baca, semua yang ingin tahu pemikiran Buya bisa mengakses di situ,” kata Isngadi dalam sambutannya.

Baca Juga: Keren! OSIS SMP Prima Cendekia Islami Gelar LDKS di Gedung Sate, Hingga Naiki Puncak Gedung

Halaman:

Artikel Selanjutnya

Muhammadiyah Luncurkan Wikimu

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Henry Lukmanul Hakim

Sumber: suaramuhammadiyah.id

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Takut Air Meluap Lagi, Outlet Situ 7 Muara Dibersihkan

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:30 WIB
X