Hasto menyebutkan setiap tahun tercatat ada 2 juta pernikahan, dimana 1,6 juta hamil pada tahun pertama pernikahan. Dan ada 400.000 bayi yang dilahirkan diantaranya berpeluang stunting. Diperlukan kolaborasi dari lintas sektor sehingga upaya pencegahan kasus stunting dapat dilakukan semenjak dini, yaitu sebelum pernikahan.
Pendampingan pasutri baru dilakukan, terutama bagi calon ibu yang terdeteksi stunting setelah dilakukan pemeriksaan sebelum pernikahan. Boleh menikah, tapi jangan hamil dulu. Bagi calon ibu, dilakukan pemeriksaan lingkar lengan atas dan HB, sementara calon ayah, 75 hari sebelum pembuahan perlu mengurangi kebiasaan buruk seperti rokok dan alkohol supaya bibitnya bagus.
Karena lewat 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), upaya intervensi terhadap anak stunting tidak dapat dilakukan lagi.
Mengakhiri sambutan, Hasto menyampaikan beberapa pertanyaan. Pertama umur minimal menikah. Ibu Khurmah dari MUI Kecamatan Larangan menerima apresiasi karena berhasil menjawab pertanyaan tersebut dengan baik yaitu, minimal 21 tahun untuk wanita, 26 tahun untuk laki-laki.
Hasto menjelaskan nikah terlalu muda terkait ukuran lingkar panggul yang belum sempurna untuk melahirkan. Sehingga meningkatkan resiko kematian ibu dan bayi pada saat melahirkan. Nur Wahidah perwakilan NU Fattayat Kabupaten Brebes menjawab pertanyaan selanjutnya, berapa umur maksimal melahirkan, yaitu 35 tahun.
Terkait data, bahwa 37% perempuan yang akan menikah terdeteksi anemia. Hasto menanyakan 2 hal, yaitu angka HB minimal dan mengapa perempuan lebih beresiko mengalami anemia. 2 undangan yang berhasil menjawab membawa pulang sepeda masing-mqsing sebagai apresiasi.
Angka minimal HB untuk wanita adalah 12 dan perempuan lebih beresiko anemi dibandingkan laki-laki karena mengalami menstruasi setiap bulan.
Membuka kegiatan ini Bupati Brebes Hj. Idza Priyanti, A.Md., S.E., M.H, menyampaikan "Inovasi program kerjasama antara Kemenag dan BKKBN seperti inilah yang dibutuhkan dalam sinergitas Percepatan Penurunan Stunting sebagai bentuk andil dan kontribusi permasalahan bangsa. Keterlibatan da'i, tokoh agama, dan penyuluh agama dipandang efektif, karena tokoh agama adalah panutan yang diikuti oleh masyarakat."
Idza menutup sambutan dengan menyerahkan bantuan PMT berupa beras, telur, biskuit serta biskuit bayi tinggi protein kepada keluarga dengan balita stunting. Didampingi Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, Deputi III Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK drg. Agus Suprapto, M.Kes, Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag Dr. Ahmad Jayadi, MPd. dan tokoh agama di Kabupaten Brebes.
Deputi III Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK drg. Agus Suprapto M.Kes mengingatkan bahwa hari-hari ini peran penyuluh sangat penting. Sehingga ikhtiar, waktu dan nikmat yang diberikan, dikerahkan sebagai upaya untuk menurunkan angka stunting di Kabupaten Brebes yang kaya akan potensi ikan, telor asin dan brambang (bawang merah).
Peluncuran materi audio visual dilakukan dengan penekanan tombol secara simbolis oleh Kepala BKKBN, Deputi III Kemenko PMK, Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag, Bupati Kabupaten Brebes, Perwakilan MUI Kabupaten Brebes serta mewakili tokoh agama, Prof. Dr. Hamka Haq dan K.H. Subhan Makmun.
(Dilaporkan oleh Muhammad Fadhli)
Artikel Terkait
Berbagai Tips Memasak Daging Sapi ala Chef Vindex Tengker
Jelang Akhir Tahun, Pemkot Depok Borong 6 Penghargaan STBM dari Kementrian Kesehatan
Berlangsung Meriah, Peringatan HUT ke-51 KORPRI Diisi Dengan Berbagai Keegiatan