Oleh : Sopian Mohammad*
Edisi.co.id-Peristiwa Isra dan Mi’raj yang diyakini bertepatan dengan tanggal 17 Juni – tahun ke-10 atau ke-11 dari kenabian – , tentunya tidak hanya berkenaan dengan turunnya perintah shalat lima waktu.
Melalui peristiwa Isra’, terlebih-lebih Mi’raj, Nabi Muhammad Saw menyaksikan tanda-tanda kekuasaan Allah yang paling besar dan mengagumkan.
Beliau melihat langit dan bumi secara lebih jelas. Beliau melakukan perjalanan dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina, dilanjutkan hingga ke tempat tertinggi di langit, Sidratul Muntaha, hanya dalam waktu amat singkat, semalam.
Dalam perjalanan luar biasa itu, Allah Swt memperlihatkan kepada Nabi Saw berbagai kejadian yang kesemuanya menunjukkan kebesaran Allah Swt.
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Isra : 1)
“Sesungguhnya dia (Muhammad) telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An-Najm : 1-18)
Baca Juga: Refleksi Akhir Tahun 2022, Sudah Cukupkah Perbekalan Kita ?
Isra’ Mi’raj merupakan jamuan kemuliaan dari Allah Swt. Isra’ Mi’raj adalah perjalanan penghibur hati sesudah beliau ditinggal wafat istri tercinta (Khadijah) dan paman yang senantiasa melindungi (Abu Thalib), serta ketika dirinya mengalami penghinaan, penolakan, dan pengusiran dari penduduk Thaif serta sikap permusuhan kaum Quraisy Makkah.
Pengalaman Isra’ Mi’raj mengandung makna yang sangat dalam. Di balik peristiwa ini, mengesankan bahwa kedudukan Nabi Muhammad Saw sangat “istimewa” di hadapan Allah Swt.
Di antara keistimewaan lain di samping sebagai “jamuan” atau “penghibur lara” di kala beliau berduka, sang Nabi ternyata memilih kembali ke bumi dari pada mengajukan diri hidup bahagia “di langit”.
Padahal di bumi, beliau harus menanggung beratnya penentangan kaum kafir yang memusuhi dakwah beliau. Karena semangat dakwahnya yang luar biasa serta kemuliaannya itulah Allah pun bershalawat atas Nabi Saw. Sekali lagi, beliau sangat istimewa dalam pandangan-Nya.
Isra’ Mi’raj juga kian menegaskan kedudukan beliau yang sesungguhnya. Muhammad Saw bukanlah pemimpin dari komunitas, suku, bangsa, atau negara tertentu.
“Di langit”, beliau bertemu dengan para nabi terdahulu seperti Nabi Isa As yang disebut Yesus oleh umat Kristen, Nabi Musa As yang diakui pula oleh umat Yahudi, serta para nabi lainnya.
Artikel Terkait
Apa Saja Manfaat Vitamin E dan D Bagi Tubuh? Ini Penjelasannya!
Ini Dia Gejala, Penyebab, Cara Mengobati dan Cara Penceggahan DBD Pada Orang Dewasa dan Anak-anak
Ayo Kenali Gejala dan Penyebab Stroke, Ternyata Anak Muda Juga Bisa Kena Loh!
Apakah Semua ABG Seperti SAD BOY yang Fenomenal ?
Keutamaan Tradisi Maaf Memaafkan