Para Pakar Nilai Subsidi BBM Kurang Efektif Banyak Dinikmati Orang Mampu

photo author
- Jumat, 16 September 2022 | 14:30 WIB


Edisi.co.id - Direktur Eksekutif Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro menilai, kebijakan subsidi bahan bakar minyak (BBM) selama ini terbukti tidak efektif dalam menurunkan angka kemiskinan, karena praktiknya yang salah sasaran.

Dia mencontohkan BBM subsidi jenis Pertalite yang ternyata masih lebih banyak dinikmati oleh masyarakat mampu atau orang-orang kaya.

Baca Juga: Fedri MC Jakarta Akhirnya Go Internasional

Hal ini diungkapkan Komaidi saat menjadi pembicara dalam diskusi bertajuk 'Mengurai Polemik Kenaikan BBM Bersubsidi' yang diselenggarakan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) di Jakarta.

Dalam kesempatan itu, Komaidi mengurai data yang diperoleh lembaganya bahwa sepanjang 2022 pemerintah telah menganggarkan subsidi energi yang amat besar, mencapai Rp502 triliun.

Namun, dana sebesar itu lebih banyak habis untuk mensubsidi BBM yang 80 persennya dinikmati masyarakat mampu.

Dia mencontohkan pada BBM subsidi jenis Pertalite, yang sebanyak 70 persen atau 20,3 juta Kiloliter (KL) per tahun, dikonsumsi oleh kendaraan roda empat. Sedangkan kendaraan roda dua hanya menggunakan sebanyak 8,7 juta KL per tahun, atau sekitar 30 persen. "Kalau roda empat yang mengkonsumsi Pertalite itu angkutan umum kita bisa terima.

Karena masyarakat bawah yang tidak punya mobil naik angkutan umum. Tapi faktanya dari 20,3 juta KL konsumsi roda empat itu, sebagian besar atau 98,7 persennya adalah mobil pribadi," kata dia. "Angkutan umum hanya 0,4 persen, taksi online 0,6 persen, dan taksi 0,3 persen. Yang punya mobil pribadi kan orang mampu," tambah Komaidi.

Maka dari itu, lanjut Komaidi, sudah saatnya mendukung pengurangan anggaran subsidi BBM, untuk dialihkan pada anggaran yang betul-betul dibutuhkan masyarakat miskin.

Baca Juga: Zodiak Dengan Kisah Asmara Yang Bagus Pada September 2022, ada Zodiakmu?

Antara lain untuk bantuan langsung tunai, serta peningkatan fasilitas kesehatan dan pendidikan. "Artinya subsidi dialihkan dari si kaya ke si miskin yang benar-benar membutuhkan," tandasnya. Terkait dengan potensi naiknya harga-harga barang akibat kenaikan BBM bersubsidi, menurut Komaidi harus ada pengawalan tersendiri dari pemerintah.

Karena sebenarnya, harga energi hanyalah sebagian kecil dari komponen penentu harga barang.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Rohmat Rospari

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X