Ekonomi China Melambat Karena Beradaptasi dengan Strategi Nol-Covid dan Melemahnya Permintaan Global.

photo author
- Kamis, 6 Oktober 2022 | 14:20 WIB

Edisi.co.id - Ekonomi China melambat karena beradaptasi dengan strategi nol-Covid dan melemahnya permintaan global. Meski tidak sedang berjuang melawan inflasi tajam seperti Amerika Serikat (AS) dan Inggris, Negeri Tirai Bambu menghadapi masalah lain.
Saat ini, China menemukan lebih sedikit pelanggan untuk produknya, baik di dalam negeri maupun internasional. Ketegangan perdagangan antara Beijing dan ekonomi utama seperti AS juga menghambat pertumbuhan.

Yuan makin memburuk dalam beberapa dekade karena anjlok terhadap dolar AS. Mata uang yang lemah menakuti investor sehingga memicu ketidakpastian di pasar keuangan. Ini juga mempersulit bank sentral untuk memompa uang ke dalam perekonomian.

Semua ini terjadi pada saat Presiden Xi Jinping mengharapkan masa jabatan ketiga di Kongres Partai Komunis (CPC) yang dimulai pada 16 Oktober mendatang.

Baca Juga: Ety Wuryati : Pedagang Kue Kanker Menyerang, Mekaar Datang

Berikut lima alasan mengapa ekonomi China bermasalah, dikutip dari BBC.

1. Aturan Nol-Covid mendatangkan malapetaka
Wabah Covid di beberapa kota, termasuk pusat manufaktur seperti Shenzhen dan Tianjin, telah mengganggu aktivitas ekonomi di berbagai industri di negara tersebut..

Orang-orang juga tidak menghabiskan uang untuk hal-hal seperti makanan dan minuman, ritel atau pariwisata, sehingga menempatkan layanan utama di bawah tekanan.

Di sisi manufaktur, aktivitas pabrik tampaknya telah naik kembali pada September setelah dua bulan tidak berkembang, menurut Biro Statistik Nasional. Rebound bisa jadi karena pemerintah lebih banyak belanja infrastruktur.

Permintaan di negara-negara seperti AS juga telah menurun karena tingkat suku bunga yang lebih tinggi, inflasi dan perang di Ukraina. Namun China mengalami hal yang sama akibat terlalu terpaku pada aturannya sendiri.

Para ahli sepakat bahwa Beijing dapat berbuat lebih banyak untuk merangsang ekonomi, tetapi nyatanya mereka tidak melakukannya karena menerapkan aturan nol-Covid.

"Tidak ada gunanya memompa uang ke dalam ekonomi kita jika bisnis tidak dapat berkembang atau orang tidak dapat membelanjakan uangnya," kata Louis Kuijs, kepala ekonom Asia di S&P Global Ratings.

2. Otoritas tidak merespons dengan baik ekonominya
Pada Agustus China mengumumkan rencana 1 triliun yuan untuk meningkatkan usaha kecil, infrastruktur dan real estat. Namun ini tidak menjadi maksimal karena tidak ada respons cukup dari pemerintahannya.

Para pejabat dikatakan dapat berbuat lebih banyak untuk memicu pengeluaran untuk memenuhi target pertumbuhan dan menciptakan lapangan kerja. Ini termasuk lebih banyak berinvestasi di infrastruktur, meringankan persyaratan pinjaman untuk pembeli rumah, pengembang properti dan pemerintah daerah, dan keringanan pajak untuk rumah tangga.

"Respons pemerintah terhadap pelemahan ekonomi cukup sederhana dibandingkan dengan apa yang telah kita lihat selama serangan pelemahan ekonomi sebelumnya," kata Kuijs.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Rohmat Rospari

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X