Bagi mereka yang biasa berganti mobil tiap beberapa tahun, mobil listrik belum bisa memberi jaminan.
“Harga jual bekas mobil listrik masih ‘abu-abu’,” kata ulasan itu.
Faktor degradasi baterai dan cepatnya perkembangan teknologi membuat mobil listrik bekas kurang diminati pasar, berbeda dengan mobil konvensional yang sudah punya rekam jejak.
4. Biaya Penggantian Baterai yang Tinggi
Meski memiliki efisiensi bahan bakar dan perawatan, biaya jangka panjang menjadi kekhawatiran.
"Hidden cost jangka panjang harus disiapkan untuk penggantian baterai," jelas narasi tersebut.
Dengan harga baterai yang bisa tembus puluhan bahkan ratusan juta rupiah, konsumen perlu mempertimbangkan biaya ini dalam jangka panjang, terutama setelah masa garansi habis.
5. Tidak Sesuai Semua Gaya Hidup
Terakhir, mobil listrik disebut belum cocok untuk semua orang.
“Mobil listrik tidak cocok untuk semua orang atau gaya hidup,” jelas video tersebut.
Ulasan dari Chris Delano ini menghadirkan suara dari sisi pengguna yang seringkali tak terdengar di tengah promosi besar-besaran.
Dengan memahami lima alasan ini, calon pembeli diharapkan bisa mengambil keputusan yang lebih bijak, tidak hanya tergiur tren, tetapi juga siap menghadapi tantangan riil penggunaan mobil listrik di Indonesia.***
Artikel Terkait
Jakarta Fair 2025 Catat Transaksi Rp7,3 Triliun dan 6 Juta Pengunjung, Wagub Rano: Ekonomi Jakarta Stabil
Dongkrak Kinerja, Kemendukbangga/BKKBN Jabar Hadirkan Kopassus Gembleng Ribuan Pegawai di Bawah Suhu Ekstrem
Pelatihan In House Training “Amazing Teacher” di Pesantren Bersama Primago Consulting
Mendukbangga Gandeng Lazismu Bedah 2 Rumah Milik Keluarga Berisiko Stunting
Hadiri Tasyakuran HUT DKI, Wagub Rano Ajak Warga Aktif Bangun Jakarta