Dalam kepenatan menunggu serta memastikan jumlah jamaah tidak berkurang, saya ingat betul, ada seorang jamaah kami, perempuan yang usianya sekitar 70-an, tampak panik karena ia masih belum menerima travel bag yang telah masuk proses bagasi sejak di Bandara Soekarno Hatta Jakarta.
Baca Juga: Masjid Al Jabbar Menjadi Daya Tarik Baru Promosi Luar Negeri
Berkali-kali ia menanyakan ke saya perihal itu. Padahal, jamaah lainnya sudah mulai mengambil barang bagasi mereka masing-masing untuk berjalan menuju proses pemeriksaan paspor (immigration check).
Setelah loket pemeriksaan paspor dibuka, antrian panjang mau tidak mau harus diikuti. Setelah itu, antrian berikunya yaitu pemeriksaan visa terhadap para jamaah oleh petugas di bandara yang kurang atau malah tidak ramah sama sekali. Begitulah yang sempat kami alami kala itu.
Proses selanjutnya adalah mengambil barang-barang yang telah dikeluarkan dari bagasi. Situasi bisa menjadi kalut ketika seorang jamaah belum menemukan barang-barang bagasinya sedangkan barang-barang para jamaah lainnya ditemukan.
Pengalaman ini pernah kami alami, dan syukur alhamdulillah, akhirnya barang itu ternyata sampai juga ke pemiliknya.
Problem lainnya, ketidakmampuan jamaah berbahasa Arab, membuat komunikasi dengan para pengangkut barang (porter) bisa menimbulkan salah paham atau kendala.
Kemampuan jamaah berbahasa Inggris tapi porter-nya tidak mengerti bahasa Inggris, juga menimbulkan persoalan serupa.
Apalagi, para porter, suka main angkut tanpa menunggu instruksi pemiliknya. Setelah barang-barang itu mereka bawa ke luar pintu terminal bandara, mereka akan meminta bayaran.
Setelah itu, para jamaah mesti menunggu jamaah lainnya dan menunggu pengarahan dari ketua tim rombongan dan/atau muthawwif.
Apabila perjalanan langsung ke Mekkah untuk melakukan ibadah umrah, maka para jamaah dari Indonesia dan negara-negara yang melintasi wilayah Yulamlam bisa mengambil miqat atau niat ihram di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah.
Artinya niat ihramnya tidak mesti dilakukan di dalam pesawat ketika melintasi Yulamlam. Pandangan yang membolehkan pengambilan miqat umrah atau haji di bandara King Abdul Aziz Jeddah ini dibenarkan oleh Majelis Ulama Indonesia.
Mereka mencari tempat untuk mandi ihram atau sekadar mencari ruangan yang cukup agar bisa mengenakan pakaian ihram sebagai tanda dimulainya prosesi ibadah umrah.
Setelah berwudlu, di sana para jamaah diinstruksikan untuk shalat sunah ihram secara individual, tidak dengan berjamaah.
Dari mulai kedatangan di terminal haji Bandara King Abdul Aziz dengan segala pernak-perniknya itu, memakan waktu yang cukup lama. Bisa lebih dari tiga jam atau malah empat jam.