Edisi.co.id, Jakarta - Badai pandemi covid-19 berdampak sangat signifikan bagi Taman Impian Jaya Ancol. Sejak Maret 2020, unit rekreasi yang menjadi pendapatan utama Perusahaan ini mengalami penutupan operasional selama kurang lebih 6 bulan termasuk dalam masa libur sekolah, Lebaran, Natal dan Tahun Baru yang menjadi masa panen tempat rekreasi.
"Tahun 2020 merupakan tahun yang berat bagi sektor industri rekreasi, beberapa tempat rekreasi bahkan sampai menutup usaha selamanya," ungkap Rika Lestari, Humas Ancol, Senin (30/8/2021).
Ditambahkan Rika, Begitupun Jaya Ancol yang selama ini memiliki tulang punggung pendapatan dari sektor rekreasi juga terkena dampak yang signifikan.
Baca Juga: Gelar RUPS Ancol Rombak Susunan Dewan Komisaris dan Direksi
"Tercatat selama tahun 2020 kunjungan ke kawasan wisata Taman Impian Jaya Ancol anjlok 76% dari 18 juta pengunjung menjadi 4,5 juta pengunjung. Begitu pula dengan wahana-wahana yang berada di kawasan Taman Impian Jaya Ancol seperti Dunia Fantasi, Sea World Ancol, Ocean Dream Samudra, dan Atlantis Water Adventures," ujar Rika
Lebih lanjut, pendapatan turun sebesar 70% dari 1,3 Triliun pada tahun 2019 menjadi 414 milyar pada tahun 2020 dengan profitabilitas pada tahun 2019 laba sebesar 230 milyar turun menjadi rugi 392 milyar.
" Meskipun total kewajiban naik sebesar 17% yang diakibatkan kenaikan utang (PBB, provisi) dan utang bank, dan total aset terkoreksi sedikit menurun 1,3%. Sedangkan ekuitas turun sebagai akibat kerugian yang tercatat di tahun 2020," imbuhnya.
Baca Juga: Mengenal Guilt Tripping dan Cara Menghindarinya
Meskipun kinerja keuangan tidak terlalu menggembirakan. Perusahaan tetap mempertahankan komitmen tidak melakukan lay off kepada karyawan yang telah ikut membangun Perusahaan sampai saat ini. Manajemen juga mempertahankan posisi free cashflow untuk menjamin kelangsungan operasi. Perusahaan dan menjaga credit rating dari Pefindo di single A sehingga termasuk dalam investment grade.
Teuku Sahir Syahali, Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk mengungkapkan,
untuk dapat bertahan dimasa pandemi, manajemen melakukan beberapa hal untuk melakukan efisiensi cashflow diantaranya dengan penerapan strategi basic cost, dimana biaya yang dikeluarkan hanya yang benar-benar untuk keselamatan pengunjung, penjadwalan ulang semua proyek dan fokus untuk penyelesaian proyek Symphony of The Sea (kawasan pantai timur).
Baca Juga: Kukuhkan 127 Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal, Dirjen Hubla: Wujudkan Zero Accident
"Program-program pengembangan produk yang sempat tertunda karena pandemi akan tetap dijalankan untuk menyiapkan produk-produk yang lebih baik untuk menyongsong masa new normal, diantaranya upaya menambah segmen baru dengan pembangunan Masjid Apung, Museum Rasulullah dan fasilitas pendukungnya di kawasan Pantai Timur Ancol, serta penataan pejalan kaki lanjutan," tandas Teuku.