Lalu kita akan memikirkan mulai menjalani kehidupan dengan cara yang lebih sederhana: menikmati hari ini, mengoreksi kekurangan di masa lalu dengan memperbaiki diri, dan melihat masa depan dengan sudut pandang positif. Melakukan apa saja agar bekal yang dibawa kelak cukup untuk menempati kavling yang memadai. Soal ini saya ingat di sebuah ceramah Prof Quraish Shihab soal kedudukan kita di akhirat nanti. “Tidak usah muluk-muluk. Yang penting terhindar dari api neraka.”
Pasti ada yang ingin istana emas, silakan saja, tetapi artinya dia harus membeli satu demi satu batu bata, semen, marmer, di setiap detak kehidupannya di dunia ini. Mari bertanya, sudah berapa batu bata yang kita sisihkan dari rezeki kita? Sudah berapa banyak semen yang kita beli melalui sedekah ke anak yatim, membantu pengadaan mushaf Al Quran, memberikan makanan kepada tetangga yang miskin, menyumbang pembangunan mushala reyot di pedalaman? Berapa banyak marmer yang sudah kita tabung dengan senyum kepada kolega dan rekan kerja, dengan berkata baik dan bersikap sopan, dan selalu berterima kasih atas setiap kali bertransaksi?
Baca Juga: Kupas Tuntas Buku Student Super Success : Dr Awaluddin Faj berikan Tips dan Strategi Mencapai Impian
Kalau merasa belum cukup mari kita beli sebanyak mungkin tiket ke surga. Meski naik Transjakarta murah, sesekali naiklah ojek pangkalan yang sangat berharap mendapat penumpang? Belilah lontong, gorengan walau tidak lapar, dan menyumbangkannya ke sesama pejalan kaki ataupun teman di kantor? Beli barang 3 pasang kaus kaki dari pedagang yang sepi pembeli. Belilah dua-tiga buah pisang. Sisihkan beberapa ribu rupiah kepada pengamen meski suaranya sumbang. Atau memberi tip Rp 5000 bagi ojek online yang sudah kita gunakan jasanya.
Seperti pernah disampaikan penulis buku Islam dan penceramah ternama, Gus Baha, membeli sesuatu itu kadang bukan berarti kita perlu atau ingin memilikinya. Tetapi bisa jadi membuka jalan rezeki bagi penjual yang sedang menjual barang (atas jasanya). Alhamdulillah kalau orang itu lalu bersyukur mendoakan kita.
Tiket itu tentu saja tidak hanya ada di Stasiun Tanah Abang, atau pasar di sekitarnya yang setiap hari menjadi magnet bagi ribuan orang yang mengais rezeki. Di setiap tempat banyak dijual tiket ke surga. Di lampu merah, di pasar, warung-warung makan, di halte bus, di tempat orang berkeringat dan mengeluarkan banyak pikiran dan tenaga agar bisa hidup.
Mari membelinya sebanyak mungkin mumpung masih ada waktu.
Kebon Sirih, 5 September 2024.
Artikel Terkait
Ketum PWI Pusat Hendry Ch Bangun Buka Sekolah Jurnalistik di Palembang
PWI Pusat Laporkan Kasus Fitnah dan Pemalsuan, Tegaskan Legalitas Hendry Ch Bangun sebagai Ketua Umum
Tegas, Hendry Ch Bangun Umumkan Pembekuan PWI Prov Jakarta dan Enam Provinsi Diberi Peringatan Keras
Ketum PWI Pusat Hendry Ch Bangun Serahkan Kartu Anggota Kehormatan PWI kepada Pengacara Senior OC Kaligis
25 PWI Provinsi Tolak KLB Ilegal, Tegaskan Kepemimpinan Sah Hendry Ch Bangun
Hendry Ch Bangun Sambut Positif Pengukuhan 11 Anggota Komite Tanggung Jawab Perusahaan Platform Digital untuk Jurnalisme Berkualitas