Khutbah Jumat, KH Sofyan Munawar: Menjaga Kesalehan Sepanjang Masa

photo author
- Jumat, 7 Februari 2025 | 10:00 WIB
Ketua PW Persatuan Islam (Persis) DKI Jakarta Drs. KH. Sofyan Munawar - Foto: Henry Lukmanul Hakim
Ketua PW Persatuan Islam (Persis) DKI Jakarta Drs. KH. Sofyan Munawar - Foto: Henry Lukmanul Hakim

Oleh: Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Persatuan Islam (PERSIS) DKI Jakarta, KH Sofyan Munawar

Dari Muadz bin Jabal radhiallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam (SAW) bersabda:

اتق الله حيثما كنت ، وأتبع السيئة الحسنة تمحها، وخالق الناس بخلق حسن

"Bertaqwalah kepada Allah dimanapun kamu berada, dan ikutilah olehmu perbuatan buruk dengan perbuatan baik, niscaya kebaikan itu menghapus dosa-dosa dari keburukan, dan hendaklah kamu berakhlak atau bergaul sesama manusia dengan akhlak yang baik" (HR Ahmad 21354 dan Tirmidzi 1987).

Muadz bin Jabal yang menceritakan hadits ini adalah seorang sahabat Anshar dari kaum Khajraj di Madinah. Beliau masuk Islam di usia yang sangat belia, di usia 18 tahun. Muadz ikut Baiat Aqabah kedua di hadapan Rasulullah SAW dan beliau ikut seluruh peperangan, baik yang dipimpin langsung oleh Rasul atau yang dipimpin oleh sahabat.

Muadz bin Jabal merupakan orang yang sangat cerdan dan disebut faqih oleh Rasulullah SAW dan sebagai qa'riul qur'an (sangat bagus dan faham dalam bacaan Alquranul Karim). Karena itu, ketika tahun ke-8 hijrah terjadi Fathul Makkah, maka Muadz bin Jabal tidak diizinkan oleh Rasul pulang ke Madinah. Beliau diminta oleh Rasul tetap tinggal di Makkah untuk sementara waktu dan ditugaskan mengajarkan Alquran serta Islam kepada umat yang baru masuk Islam.

Baca Juga: Kemenag Segera Terbitkan Buku Manasik Haji 2025, Bahas Istithaah Kesehatan Hingga Fikih Taysir

Kecerdasan dan pengetahuannya yang luas tentang Islam, Muadz bin Jabal diutus oleh Rasulullah setelah perang Tabuk ke Yaman untuk menjadi dai dan qadhi (hakim) disana. Ada dialog singkat antara Rasul dengan Muadz bin Jabal sebelum Muadz pergi ke Yaman. Rasul bertanya ke Muadz:

“Kaifa tashna’u idza uridha laka qadhaa-un?”. Yang artinya: “Bagaimana engkau bersikap jika diajukan kepadamu permintaan menetapkan hukum?”. Muadz pun menjawab: “Aqdhiy fi kitabillah,”. Yang artinya: “Aku memutuskan berdasarkan Kitabullah,”.

Nabi bertanya lagi: “Fa in lam yakun fi kitabillah?”. Yan artinya: “Kalau engkau tak temukan dalam Kitabullah?”. Muadz menjawab: “Bisunnati Rasulillah,”. Yang artinya: “Aku akan memutuskannya dengan sunah Rasulullah,”. Pertanyaan terakhir kata Rasulullah: “Fa in lam yakun fi sunnati Rasulillah?”. Muadz dengan tegas menjawab: “Ajtahidu bira’yi wala aluw,”. Yang artinya: “Wahai Rasul, Aku akan berijtihad dengan akal,”.

Baca Juga: Kemenag Susun Strategi Optimalkan Kinerja Petugas Haji

Mendengar jawaban mantap seperti itu dari Muadz, Nabi kemudian bersabda: “Alhamdulillahilladzi waffaqa rasula Rasulillahi lima yurdhi Rasulallah,”. Yang artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah memberi petunjuk kepada utusan Rasulullah menuju apa yang diridhai oleh Rasulullah,”.

Nabi kemudian berpesan kepada Muadz saat ia akan menunggangi kendaraannya untuk menuju ke Yaman: “Ittaqillaha haitsuma kunta wa atbi’I as-sayyiatal-hasanata tamhuha wa khaaliqi an-naasa bikhuluqin hasanin,”. Yang artinya: “Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada, ikutkanlah keburukan dengan kebaikan niscaya kebaikan menghapusnya dan berakhlaklah kepada manusia dengan akhlak yang baik,”.

Muadz bin Jabal meninggal di Syria, Syam pada masa khalifah Umar bin Khaththab karena terserang wabah tha'un.

Wasiat Agung

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Henri Lukmanul Hakim

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Takut Air Meluap Lagi, Outlet Situ 7 Muara Dibersihkan

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:30 WIB
X