Dalam hadits tersebut, Rasul mengawali nasihatnya dengan Ittaqillah (bertakwalah kepada Allah). Kalau kita perhatikan wasiat taqwa ini merupakan wasiat agung, wasiat yang sangat luar biasa, wasiat yang mencakup dua hak yang harus ditunaikan oleh seorang hamba. Yaitu menunaikan hak terhadap Allah dan menunaikan hak terhadap hamba-hambaNya. Disitu ada dua hak yang harus dipenuhi, hablun minaAllah dan hablun minannas.
Kalau kita perhatikan, wasiat taqwa ini juga dipesankan dan disampaikan oleh Allah ta'ala kepada umat-umat terdahulu, seperti di dalam surat An-Nisa ayat 131:
وَلَقَدْ وَصَّيْنَا ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ مِن قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ وَإِن تَكْفُرُوا۟ فَإِنَّ لِلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ غَنِيًّا حَمِيدًا
Artinya: ..dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir maka (ketahuilah), sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji. (QS An-Nisa: 131).
Baca Juga: Prabowo Beri Pesan ke Seluruh Instansi: Siapa yang Bandel, Saya akan Tindak!
Dalam Alquranul Karim, kata taqwa kadang-kadang dinisbatkan langsung kepada Allah SWT. Misalnya pada surat Al-Hasyr ayat 18, Ali-Imran 102, dan lain-lain. Kemudian kadang-kadang term taqwa ini diidafahkan atau disandarkan kepada siksaan-Nya yang dahsyat dan kepada tempat penyiksaan yang sangat buruk untuk orang durhaka dan durjana, yaitu api neraka. Allah SWT berfirman:
وَٱتَّقُوا۟ ٱلنَّارَ ٱلَّتِىٓ أُعِدَّتْ لِلْكَٰفِرِينَ
Artinya: Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir. (QS Ali Imran: 131).
Terkadang kalimat taqwa juga dinisbahkan kepada hari, di mana dalam hari tersebut tidak ada lagi saling bantu membantu, tidak bisa lagi saling tolong menolong antar satu orang dengan yang lain. Jangankan antar tetangga, antar anak dan orang tua pun tidak bisa saling menolong. Allah berfirman:
وَٱتَّقُوا۟ يَوْمًا لَّا تَجْزِى نَفْسٌ عَن نَّفْسٍ شَيْـًٔا وَلَا يُقْبَلُ مِنْهَا شَفَٰعَةٌ وَلَا يُؤْخَذُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلَا هُمْ يُنصَرُونَ
Artinya: Dan jagalah dirimu dari (azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafa'at dan tebusan dari padanya, dan tidaklah mereka akan ditolong. (QS Al-Baqarah: 48).
Begitulah kadang kata taqwa disandarkan kepada Allah, kepada neraka, dan kepada hari yang sangat dahsyat, agar umat manusia berhati-hati dan waspada dalam menjalani kehidupan ini.
Taqwa dalam Situasi dan Kondisi Apapun
Kemudian apa yang dimaksud 'ittaqillah haitsu ma kunta' (bertaqwalah kepada Allah dimanapun kamu berada)? Maksudnya adalah bertaqwalah kepada Allah dalam segala situasi, baik pada waktu sendirian, sepi, tidak ada orang yang mengawasi kita, di mana biasanya pada kondisi seperti itu, seseorang bisa terjerumus dan terjerembab dalam kondisi dosa karena tidak ada orang yang mengetahuinya. Itulah yang dimaksud fis sirri.
Artikel Terkait
Ketua Persis Jakarta KH. Sofyan Dorong Infokom Maksimalkan Media Sosial Sebagai Sarana Dakwah di Era Digital
Buka Musda - 7 Persis Jakarta Utara, KH. Sofyan Munawar Sampaikan Pentingnya Jaga Kejujuran Disetiap Aspek Kehidupan, Agar Hidup Lebih Bermartabat
Cawagub 01 Suswono Silaturahmi ke Kantor PW PERSIS Jakarta, Ini Pesan Ketua PW PERSIS Jakarta Ustaz Sofyan Munawar
Ketua PW PERSIS Jakarta Kyai Sofyan Ajak Tasykil Bersinergi dan Berkolaborasi Dukung Pembangun Islam di Jakarta