Indahnya Wafat di Masjidil Haram

photo author
- Jumat, 7 Maret 2025 | 07:15 WIB
Jemaah umroh PT. Karya Imtaq
Jemaah umroh PT. Karya Imtaq

Oleh: Dewan Penasihat Pimpinan Pusat Persatuan Islam, Prof. Dadan Wildan

Edisi.co.id, Makkah - Di bulan suci Ramadhan 1446 H yang penuh berkah dan ampunan Allah, saya kembali ditakdirkan untuk menunaikan ibadah umroh di bulan Ramadan bersama PT. Karya Imtaq penyelenggara ibadah haji khusus dan umroh dibawah naungan jamiyyah Persatuan Islam (PERSIS).

Rabu, 5 Maret 2025, pesawat Saudia dengan nomor penerbangan SV 819 yang menerbangkan kami dari Jakarta ke Jeddah, mengudara dari bandara Soekarno Hatta tepat pukul 19.05.

Duapuluh menit sebelum mendarat di Bandara King Abdul Azis, Jeddah, ihlal umrah dikumandangkan tepat diatas miqat. Jemaah yang akan datang “mengetuk pintu Allah” memulai ihlal ihram dengan mengucapkan ”labbaika umratan” (Ya Allah! Kami penuhi panggilan-Mu untuk menunaikan ibadah umroh).

Baca Juga: Larang Masuk Bantuan Kemanusian ke Gaza, Ketum PERSIS: Israel telah Lakukan Pelanggaran HAM Berat

Ihlal umrah dilanjutkan dengan membaca talbiyyah bersama sama. Bacaan yang melambung memenuhi ruang udara di angkasa menembus langit... “labbaika allahumma labbaik, labbaika laa syarika laka labbaik, innal hamda wan ni'mata laka wal mulk laa syarika lak”.

Talbiyah dibaca terus berulang-ulang; tak terasa air mata menetes, bibir basah dengan talbiyah. Hati terharu atas anugrah Allah yang memberikan kesempatan umrah di bulan suci ramadhan tahun ini.

Di malam yang hening itu, kalimat talbiyah terus dibaca lirih dalam perjalanan darat dari bandara King Abdul Aziz menuju tanah haram; kota Mekkah Al-Mukarramah.

Baca Juga: Menkomdigi: Orang Tua Harus Dampingi Anak Di Ruang Digital Selama Ramadan

Hari Kamis, 6 Maret 2025, pukul 07.00 kami bersiap menunaikan ibadah umrah. Dipagi hari yang lembut berawan, hanya dengan dua helai kain ihram putih yang menempel di tubuh, kami memulai mengitari kabah yang agung; berputar tujuh putaran dalam lingkaran mardhatillah. Putaran demi putaran terlewati hingga putaran ketujuh. Peluh mulai menetes karena padatnya manusia, namun kami rasakan sebagai tetesan rahmat dan karunia-Nya di depan kabah yang berwibawa.

Selesai putaran ketujuh, kami menuju Makam Ibrahim dan berdoa lalu shalat dua rakaat, mengakhiri thawaf untuk selanjutnya menuju bukit shafa memulai sa'i dari shafa ke marwah.

Di bukit shafa, tak kuasa air mata menetes ketika takbir dikumandangkan tiga kali dan berdoa seraya mengangkat tangan; memohon ampunan Allah. Kami berdoa khusyu. Selesai berdoa, kami menuju bukit marwah dan kembali berdoa dan terus berdoa dari bukit shafa ke bukit marwah hingga putaran ketujuh.

Baca Juga: UI-Universitas Edinburgh Gelar Seminar Vaksin, Sestama BPJPH Tekankan Urgensi Sertifikasi Halal bagi Produk Kesehatan

Sebelum sempat tahalul, saya dikejutkan oleh jamaah satu grup yang tiba tiba terjatuh, tepat di bukit marwah. Di tengah ribuan manusia yang berpakaian ihram. Ia terjatuh disamping istrinya yang ia dorong dengan kursi roda sejak thawaf hingga mengakhiri sa'i.

Sebelum prosesi ibadah umrah dimulai, almarhum sebut saja Pak Asep berusia 68 tahun, meminta izin untuk membawa kursi roda untuk istrinya. Muthawif siap membantu mendorong kursi roda istrinya. Namun Pak Asep menolaknya. Apapun yang terjadi, ia harus mendampingi istrinya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Henri Lukmanul Hakim

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Takut Air Meluap Lagi, Outlet Situ 7 Muara Dibersihkan

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:30 WIB
X